Mohon tunggu...
Abdul Barri
Abdul Barri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Masthuriyah Sukabumi

Seorang Introvet lebih suka menghabiskan waktu dengan menyendiri sambil menulis, membaca, suka membuat konten seperti film pendek, suka jalan-jalan menikmati keindahan alam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Dasar dan Karakteristik Ekonomi Islam

19 April 2024   20:06 Diperbarui: 19 April 2024   20:07 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ekonomi Islam merupakan manifestasi dari visi agama Islam itu sendiri, yaitu sebagai agama rahmatan lil'alamin, agama yang membawa kepada kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Ekonomi Islam yang berlandaskan pada Alqur'an dan Hadits memberi penekanan bahwa segala sesuatu yang kita miliki hakikatnya adalah milik sang Pencipta, sehingga hal ini dapat mencegah manusia dari sifat serakah sekaligus menumbuhkan kesadaran dalam dirinya akan pentingnya arti berbagi kepada sesama.

Oleh karenanya berlandaskan pada nilai-nilai Ketuhanan (Ilahiah), sistem ekonomi Islam sangat berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang berlandaskan pada ajaran kapitalisme, juga jauh berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang berlandaskan pada ajaran sosialisme. Jika diperhatikan dengan seksama, sistem ekonomi Islam merupakan hasil dari kompromi antara kedua sistem tersebut di atas, namun dalam banyak hal sistem ekonomi Islam tentunya sangat berbeda sama sekali dengan kedua sistem ekonomi tersebut.

Dalam pandangan Yusuf al-Qaradhawi Ekonomi Islam berasaskan pada ketuhanan (iqtishad Rabbani), berorientasi pada akhlak (iqtishad akhlaqi), berwawasan pada kemanusiaan (iqtishad insani), dan ekonomi pertengahan (iqtishad wasati). Dari pengertian yang dirumuskan ini melahirkan empat karakteristik ekonomi Islam, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Iqtishad Rabbani (Ekonomi Ketuhanan)

Segala aspek dalam Islam tidak bisa lepas dari nilai-nilai tauhid. Ini merupakan karakteristik pertama yang membedakannya dengan sistem ekonomi lainnya. Tidak ada sistem ekonomi lain di dunia ini yang mengaitkannya dengan unsur-unsur ketuhanan dalam praktik-praktik sehari-hari.

Ekonomi dalam pandangan Islam bukanlah semata-mata tujuan hidup. Islam memang menganjurkan bahkan mewajibkan umatnya untuk bekerja sekuat tenaga untuk mencapai kehidupan yang baik dan sejahtera tetapi bukan sebagai tujuan akhir tetapi bukan berarti dengan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan tersebut. 

Seorang muslim tentunya akan selalu taat terhadap hukum Allah SWT, sehingga ia akan menghindari dirinya dari apa yang diharamkan oleh Allah, tidak melakukan kecurangan, tidak melakukan perbuatan dzalim, tidak menipu, menyuap dan menerima suap, dan senantiasa menjauhkan diri dari hal-hal syubhat. Disamping itu, ketika seorang muslim memiliki harta, dalam hatinya timbul keyakinan bahwa dalam harta yang ia miliki terdapat hak-hak kaum fakir miskin.

2. Iqtishad Akhlaqi (Ekonomi Akhlak)

Komponen akhlak dalam Islam harus diintegrasikan dalam setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi. Pengintegrasian ini menjadi salah satu hal dasar yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan ekonomi konvesional. Seorang muslim individu maupun kelompok pada setiap langkahnya baik yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi tidak bebas melakukan apa saja atau apa yang hanya akan menguntungkan baginya karena seorang muslim terikat oleh etika dalam setiap kegiatan ekonominya.

3. Iqtishad Insani (Ekonomi Kerakyatan)

Di dalam ekonomi Islam, setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk melakukannya, setiap manusia dibimbing dengan pola kehidupan rabbani sekaligus manusiawi sehingga ia mampu melaksanakan kewajibannya terhadap Tuhan, terhadap dirinya, keluarga, dan kepada manusia lain secara umum. 

Dalam pandangan Islam kehidupan yang ideal adalah terpenuhinya dua unsur yang saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain. Kedua unsur tersebut yaitu unsur materi dan unsur spiritual. Dengan harta kekayaan yang dimilikinya, tidak menjadi jaminan bagi seseorang mendapatkan kebahagiaan, karena pada hakikatnya kebahagiaan, kedamaian terdapat pada hati yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah didapat.

4. Iqtishad Wasati (Ekonomi Pertengahan)

Sistem ekonomi Islam adalah ekonomi pertengahan. Islam mengakui hak individu dan hak masyarakat, kedua hak tersebut diletakkan dalam neraca yang adil (pertengahan). Islam memandang bahwa dunia layaknya seperti kebun tempat menanam dan mengumpulkan bekal untuk menuju kehidupan yang kekal abadi yaitu negeri akhirat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun