Mohon tunggu...
Abdul Barri
Abdul Barri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Masthuriyah Sukabumi

Seorang Introvet lebih suka menghabiskan waktu dengan menyendiri sambil menulis, membaca, suka membuat konten seperti film pendek, suka jalan-jalan menikmati keindahan alam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Batasi Bicara

14 April 2024   08:25 Diperbarui: 8 Mei 2024   06:32 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


            Para pemirsa yang dirahmati Allah swt. Ada suatu ungkapan yang berbunyi: "Jangan bicara tentang apa yang tidak kamu ketahui, jangan semua yang kamu ketahui kamu bicarakan." Dalam era media sosial seperti sekarang ini, rasanya sulit untuk tidak berbicara (read;coment) terhadap hal-hal yang terjadi disekeliling kita. Beragam peristiwa yang terjadi dengan cepat viral karena adanya sosial media, dan sudah dapat dipastikan semakin viral suatu peristiwa maka semakin banyak tanggapan atas peristiwa tersebut. Tetapi yang patut disayangkan adalah tanggapan (read;coment) tersebut berasal dari orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap suatu peristiwa tertentu, tidak terkecuali terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Muncul figur-figur yang secara kompetensi tidak seharusnya berbicara tentang hukum agama. Ruang publik riuh dengan komentar-komentar tanpa filterisasi yang terkadang cenderung mengarah kepada hinaan, fitnah, adudomba, pembunuhan karakter terhadap seseorang atau sekelompok orang.

            Islam mengajarakan kepada umatnya untuk berbicara seperlunya. Rasulullah saw bersabda:

"Janganlah kalian banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah, karena banyak bicara tanpa berdzikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, dan orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras."(HR. Tirmidzi)."

            Berbicara (read;coment) tidak selamanya salah, bahkan dalam keadaan tertentu berbicara (read;coment) dibutuhkan untuk meluruskan, menjelaskan sesuatu hal. Tetapi alangkah baiknya, sebelum berbicara (read;coment) seseorang harus memahami betul yang akan disampaikan dan konsekuensi apa yang akan ditimbulkan dari pembicaraan (coment) tersebut. "Imam as-Syafi'I berkata: "Ada tiga hal yang bisa menambah kecerdasan seseorang: Pertama adalah berkumpul atau duduk bersama ulama, kedua adalah berkumpul dengan orang-orang saleh, dan ketiga adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak berarti."

            Silang pendapat mewarnai hari-hari kita dalam bermedia sosial, alih-alih 'perbedaan pendapat adalah rahmat' yang terjadi justru sebaliknya, perbedaan mengarah kepada perpecahan yang diakibatkan oleh semangat yang menggebu-gebu karena ingin dikenal, eksis, viral tanpa dibarengi dengan keteraturan logika dalam menyampaikan pendapat. Seyogianya ketika seseorang ingin menyampaikan pendapatnya khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah hukum agama, maka orang tersebut harus memiliki pengetahuan yang mendalam terhadap agamanya. Jangan sampai apa yang bicarakan (read;coment) hanya berdasarkan logika semata tidak didukung oleh nash-nash agama (al-Qur'an, Hadits, mapun pendapat para ulama). Oleh sebab itu, ketika seseorang tidak memahami suatu permasalahan maka lebih baik diam dari pada berkomentar yang berpotensi dapat menyesatkan orang yang mendengarnya.

Rasulullah saw bersabda: "Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau memilih untuk diam .." (HR al-Bukhari dan Muslim)."

Para pembaca yang dirahmati Allah swt, sebagai seorang muslim kita patut berhati-hati dalam menyampaikan komentar di ruang publik (media sosial) karena dalam ajaran agama Islam segala sesuatu kelak akan dimintakan pertanggunjawabannya. Allah swt berfirman: "Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya (al-Isra:36)."

Semangat beragama harus dibarengi dengan keilmuan yang mendalam sehingga kita dapat terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat yang mengarah kepada perbuatan dosa.

Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun