Mohon tunggu...
Abdul Barri
Abdul Barri Mohon Tunggu... Dosen - Dosen/Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Masthuriyah Sukabumi

Seorang Introvet lebih suka menghabiskan waktu dengan menyendiri sambil menulis, membaca, suka membuat konten seperti film pendek, suka jalan-jalan menikmati keindahan alam.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Maksiat Lisan saat Berpuasa

9 April 2024   17:36 Diperbarui: 8 Mei 2024   06:33 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

artikel telah tayang pada Media Cetak Radar Sukabumi

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt, shalawat teriring salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Para pembaca yang dirahmati Allah swt. Suatu kenikmatan yang patut kita syukuri karena kita masih diberikan kesempatan oleh Allah swt bertemu dengan bulan Ramadhan tahun ini. Bulan mulia yang sangat dinantikan oleh umat Islam seluruh dunia karena dalam bulan ini amal ibadah kita dilipatgandakan pahalanya, pintu taubat dibuka selebar-lebarnya, bulan dimana saatnya kita mendekatkan diri kepada Allah swt dengan harapan semoga rahmat dan kasih sayangNya mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Maka seyogyanya mari kita maksimalkan bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak mengerjakan amal shaleh dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. Rasulullah saw bersabda: "Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan," (HR. Ahmad)."

Para pembaca yang dirahmati Allah swt. Puasa secara etimologi mengandung pengertian menahan diri dari segala sesuatu, baik yang dapat membatalkan maupun sesuatu yang dapat mengurangi bahkan mengugurkan pahala ibadah puasa. Ada yang banyak perbuatan yang dapat mengurangi bahkan menggugurkan pahala ibadah puasa kita salah satunya adalah maksiat lisan.

Puasa yang berkualitas tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, dalam Hadits riwayat Imam Nasa'I dan Ibnu Majah disebutkan: "berapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak memperoleh apa-apa kecuali lapar dan haus." Agar ibadah puasa kita tidak sia-sia (hanya menahan lapar dan haus) maka seyogyanya kita harus menjaga lisan kita dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Agama.

Syekh Izzuddin Ibnu Abdussalam dalam kitabnya, Maqashid ash-Shaum, menerangkan bahwa salah satu adab yang harus diperhatikan oleh orang yang berpuasa, antara lain:

Menjaga lisan dan anggota badan dari perkara yang bertentangan dengan syariat. Agar puasa tetap berkualitas, lisan seseorang harus dijaga dari ucapan-ucapan yang tidak baik seperti gibah, adu domba, menggunjing, dan sebagainya. Sementara anggota badan wajib dijauhkan dari perbuatan-perbuatan maksiat, misalnya mencuri, mencelakai, berhubungan suami istri di siang hari, dan lain-lain.

Dalam kitab bidayatul hidayah karangan hujjatul Islam terdapat bab tersendiri yang membahas tentang Maksiat Lisan. Adapun jenis-jenis maksiat lisan yang disebutkan dalam bidayatul hidayah adalah sebagai berikut;

1. Berdusta; Berdusta atau berbohong adalah salah bentuk maksiat lisan. Berdusta termasuk induk bosa besar. Jika seseorang dikenal sebagai seorang pendusta maka orang lain tidak akan percaya atas apa yang dikatakan. Imam Ghazali mengingatkan jika kita ingin mengetahui betapa busuknya perkataan dusta yang kita katakan, maka lihatlah perkataan dusta orang lain serta bagaimana kita membenci, meremehkan dan tidak menyukainya.

2. Mengingkari janji; Ingkar janji merupakan salah satu dari tanda-tanda munafiq. Rasulullah bersabda:
"Ada tiga hal yang jika ada diantara kalian yang jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafiq, walaupun ia puasa dan shalat. Yaitu: Jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat.  

3. Menggunjing; Menggunjing atau berghibah adalah perbuatan dosa. Alqur'an melarang seseorang untuk bergunjing.

Allah swt berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang (Q.S. al-Hujurat: 12). 

Dalam penjelasannya, Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa perbuatan menggunjing atau berghibah dosanya lebih besar dari 30 kali perzinahan.

4. Berdebat (bertengkar); Nabi Saw bersabda, "Siapa yang meninggalkan perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah ditepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah di surga yang paling tinggi." Jangan sampai engkau tertipu oleh setan yang berkata padamu, "Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!" Sebab, setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan sehingga dia mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara memberikan nasihat secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki karakter dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia hanya akan mencemarkan aib orang.

5. Mengklaim bersih dari dosa; janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa.

Allah Swt. berfirman,

Artinya: "Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui siapa yang bertakwa" (Q.S. an-Najm: 32)."

Sebagian ahli hikmat ditanya, "Apa itu jujur yang buruk?" Mereka menjawab, "Seseorang yang memuji dirinya sendiri." Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.

6. Mencela; Jangan sampai engkau mencela ciptaan Allah swt baik itu hewan, makanan, atapun manusia. Janganlah engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai syirik, kafir atau munafik. Karena yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah swt. Oleh karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, "Mengapa engkau tidak mencela si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?" Bahkan, walaupun engkau tidak mencela iblis sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya tentang hal itu serta tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika engkau mencela salah satu makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan engkau mencerca sesuatu pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.

7. Mendoakan keburukan; mendoakan keburukan bagi orang lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan keburukan bagi suatu makhluk Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Seorang yang dianiaya mendoakan keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada hari kiamat."

Syekh Nawawi al-Bantani mengatakan: "Peliharalah mulutmu agar tidak mendoakan seorang pun dari makhluk Allah sekalipun kamu dizalimi oleh orang tersebut. Pasrahkan serahkan urusannya masalah orang yang menzalimimu (kepada Allah). Cukup Allah yang menyelesaikannya."

8. Bercanda, mengejek, menghina.

Bercanda, mengejek, dan menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi serius maupun canda karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat menanamkan benihbenih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu, jangan engkau bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu, jangan kau balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain. Semua itu merupakan cacat yang terdapat pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam kecuali dalam keadaan darurat. diceritakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. meletakan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, "Inilah yang menjadi segala sumber bagiku. Kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang membuatmu celaka di dunia dan akhirat."

Lalu menjadi pertanyaan, apakah dalam Islam bercanda itu dilarang sama sekali? Jawabannya Tidak. Dalam kitab Ihya Ulumuddin disebutkan Nabi saw pun sering bercanda terhadap orang sekitar.

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar an-Nawawi mengatakan," guyon diperbolehkan selama tidak keterlaluan dan tidak terus-menerus. Karena guyon yang kelewat batas berpotensi menghabiskan waktu untuk menyakiti orang lain, mengakibatkan kedengkian, dan kewibawaan. Jika guyon sesekali dilakukan untuk kemaslahatan, membuat nyaman lawan bicara, tentu tidak ada larangan sama sekali. Bahkan malah seperti ini disunnahkan."

Tujuan dari diciptakannya lisan adalah agar dengan lisan tersebut seseorang memperbanyak berdzikir kepada Allah swt, membaca kitab suciNya, memberi petunjuk kepada manusia yang lainnya. Apabila engkau mempergunakannya bukan pada tujuan yang telah digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat Allah Swt. Lidah merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia diceburkan ke dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan oleh lidah. Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka.

Rasulullah Saw bersabda: "Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka,"(HR Tirmidzi)."

Imam Ghazali mengatakan: "Meninggalkan kemaksiatan itu lebih sulit dari pada mengerjakan ketaatan. Melakukan ketaatan dapat dilakukan oleh setiap orang sedangkan meninggalkan kemaksiatan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tergolong shiddiqun. Rasulullah saw bersabda: "orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala keburukan sedangkan orang yang berjihad adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsu."

Semoga Allah swt menjaga kita dari perbuatan-perbuatan buruk di atas yang dapat mengurangi bahkan menggugurkan pahala ibadah puasa kita dan semoga ibadah puasa kita, dan ibadah-ibadah yang lainnya di Bulan suci Ramadhan ini diterima oleh Allah swt. Amin!

Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Oleh: Abdul Barri

Penulis adalah Dosen STAI Al-Masthuriyah Sukabumi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun