Artikel Sudah Tayang pada Jabar.NU.Or.Id
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, kalimat di atas (UNTUNG ADA AKHIRAT) tentunya tidak asing lagi ditelinga kita, kalimat yang sering kita dengar atau bahkan kalimat tersebut yang sering terucap dari lisan kita saat ketidaberdayaan melanda kita. Saat seseorang dizalimi, dihancurkan nama baiknya, dijadikan objek ghibah/gunjingan, difitnah/dituduh terhadap hal-hal yang tidak pernah ia lakukan, dianggap sebagai pihak yang paling bersalah, dan saat bersamaan ia tidak mampu untuk menjelaskan itu semua, kalimat “untung ada akhirat”, seakan menjadi harapan terakhirnya dalam menantikan keadilan hakiki yang dijanjikan Allah swt.
Allah swt berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظّٰلِمُوْنَ ەۗ اِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيْهِ الْاَبْصَارُۙ
Artinya: “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim, sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.” (Qs. Ibrahim: 42)
Para pembaca yang budiman. Allah swt melarang hambaNya berbuat zalim kepada sesama seperti menyakiti hati dan perasaannya, memfitnah, mencela, menggunjing, mengambil hak-haknya dan lain sebagainya, karena perbuatan-perbuatan tersebut pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal kelak di hari akhir.
Rasulullah bersabda:
اتَّقُوْا اللهَ، وَإِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya, “Bertakwalah kalian semua kepada Allah, dan takutlah kalian dari perbuatan zalim, karena sesungguhnya kezaliman itu akan menjadi kegelapan pada hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Lalu bagaimana ketika kita berada dalam posisi terzalimi? Terkadang terlintas dalam benak kita untuk membela diri atau bahkan membalas, tetapi hal itu urung kita lakukan karena hal tersebut akan memperkeruh keadaan, satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah DIAM. DIAM dengan segala sesak didada. Tidak mudah melewati ini semua. Tidak ada pilihan lain selain menahan perihnya rasa sakit sambil sesekali mengusap air mata yang jatuh ke pipi. DIAM adalah cara terbaik disaat tidak ada yang dapat memahami betapa sakitnya kita. Berharap belas kasih orang lain, hanya akan memperparah rasa sakit yang kita alami, alih-alih oranglain berada dipihak kita justru sebaliknya mereka meninggalkan kita disaat kita terluka parah. Maka Allah lah tempat yang tepat untuk berkeluh kesah, mengadu, bercerita tentang apa yang kita rasakan seraya berdoa memohon kekuatan dalam menghadapi semua ini.
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, Allah swt Maha Mengetahui apa yang kita rasakan. Rasa sakit yang kita alami (karena dizalimi orang lain) bisa jadi merupakan cara Allah swt untuk membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh. Jangan habiskan waktu kita untuk memikirkan hal-hal yang membuat kita sakit apalagi sampai membalas perbuatan orang-orang yang telah menzalimi kita, serahkan semua itu kepada Allah swt, biarlah Allah swt yang akan menyelesaikan itu semua dengan caraNya.
Kehidupan dunia dengan segala kenikmatannya seringkali membuat seseorang lupa diri padahal akhirat adalah kehidupan sesungguhnya, kita kekal berada di dalamnya. Rasa sakit yang kita rasakan akibat perbuatan zalim oranglain tidak sebanding dengan nikmat yang kelak akan kita dapatkan disisi Allah swt.
Allah swt berfirman:
أُو۟لَٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ ٱلْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَٰمًا
Artinya:” Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,” (Q.S Al-Furqan: 75).
Allah swt tahu bahwa kamu terluka.
Allah swt tahu berapa banyak air matamu yang tumpah karena menahan rasa sakit.
Allah swt tahu betapa hancurnya hatimu.
Allah swt tahu bahwa sedang tidak baik-baik saja.
Maka cukuplah Allah swt sebagai tempatmu mengadu.
Maka cukuplah Allah swt sebagai penolongMu.
Allah swt akan memberikan keadilan yang seadil-adilnya bagi semua hambaNya atas apa yang telah dilakukan selama hidup di dunia.
Penulis adalah Dosen di STAI Al-Masthuriyah Sukabumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H