Tuan..
Bisakah kau bawa aku menepi
Sedikit jauh dari keramaian ini.
Di sini terlalu bising, mereka terlalu berisik dan tak berhenti bicara.
Aku tak mungkin bisa menutup mulut mereka dengan kedua tanganku
Aku hanya bisa menutup telingaku.
Namun sampai kapan? Aku tak bisa, aku tak kuat.
Sesekali kuturunkan tanganku, mendengar semuanya.
Namun hancur.. semua tak terkendali
Aku termenung, terdiam didekap keraguan
Aku ingin lari dan menjauhkan diri, Pergi!
Bisakah kau disini, tak perlu bicara, tak perlu kau bertanya-tanya
Cukup di sampingku, temani aku
Aku takut sendirian.
Kamu  tahu..
Aku bukan orang baik, tapi apakah aku salah meminta yang terbaik?
Tuhan baik..
Saat aku meminta teman, Dia kirim engkau
Meski awalnya aku tak bisa membuka hati, dan menutup diri.
Tapi sialnya aku malah terjebak dalam kata "nyaman".
Meski latarmu bukan dari dimensi yang baik, aku tak tahu mengapa aku bisa menerima itu.
Bahkan dari banyaknya bisikan manusia tentang keburukanmu, aku hanya percaya katamu.
Entahlah.. siapa yang benar. Tapi bagiku aku benar.
Benar untuk tetap menilai baik tentangmu
Benar untuk tetap berhati-hati padamu.
Karena aku tahu dirimu, meski kau kini denganku, apa iya hanya aku?
Ke depannya aku tak tahu akan seperti apa
Bersama atau tidak. Bagiku mengenalmu adalah hal unik yang belum pernah aku dapatkan.
Sampai saat ini aku masih saja sering bertanya-tanya
Mengapa kamu???
Kenapa harus kamu???
Tuhan...
Aku kan minta yang terbaik
Kenapa Engkau kirim dia?
Apa dia baik untukku?
Masih saja aku dalam keraguan itu.
Semua yang mereka bicarakan tentang dia adalah keburukan
Semua orang berlomba untuk menjelekkannya di depanku
Bukan aku tak percaya kata mereka
Bukan aku menganggap mereka bohong
Tapi salahkah aku bersamanya?
Tidak ada manusia yang benar-benar baik
Tidak ada juga manusia yang tak melakukan kesalahan
Bukan dianggap wajar
Salah dan khilaf memang merupakan kodrat manusia.
Yang baik itu yang tak mengusik kesalahan orang lain
Yang benar itu tak mengurusi hidup orang lain
Setidaknya kalau merasa tak suka, diam.
Tak perlu mengulik aib mereka.
Â
Aku tak pandai merangkai kata
Menyusun kata per kata menjadi kalimat yang indah
Kalimat per kalimat hingga tersusun paragraf yang istimewa
Aku hanya bisa merangkai semuanya sesuai hatiku.
Mungkin tidak ada yang menarik, bahkan terlihat sederhana saja
Sama seperti itu aku mencintainya.
Â
Siapa yang bodoh dan siapa yang salah?
Kali ini pikiranku hancur, aku berada di dua sisi, baik dan buruk.
Bingung dan bimbang tetap mengikuti.
Bahkan selalu bertanya-tanya harus ke arah mana, bertahan atau sudahi?
Rupanya banyak yang menyayangiku
Terima kasih.
Aku tahu kalian baik
Tapi bisakah sedikit pelankan suaramu
Beri aku waktu berpikir dan merenung
Beri aku kesempatan untuk berbicara.
Kalian terlalu sibuk dengan penilaian sendiri
Tanpa memberiku ruang.
Kalian berkata "aku bisa memahamimu"
Lalu apa yang sebenarnya kalian pahami!
Â
Dengan siapa pun kamu nanti
Ingat yaa !!!
Yang paling penting dari sebuah cerita adalah titik akhir yang pasti.
Jangan biarkan ia terus ditulis tanpa kejelasan akan berhenti di mana
Cerita panjang yang tak menentu ternyata lebih menyakitkan daripada cerita yang usai.
Ternyata kata "jalani dulu saja" hanya bentuk keraguan hati
Karena perasaan kamu gak pernah sendirian
Selalu punya hubungan dengan orang lain.
Â
Kata orang lebih baik dicintai daripada mencintai.
Tapi bagiku keduanya harus, keduanya lebih baik
Bukankah ketika kita dicintai tapi tidak mencintai tidak akan ada kenyamanan, begitu sebaliknya.
Kata orang yang sulit itu melupakan.
Karena dari awal kita berjumpa, kita hanya belajar saling mengenal dan mengingat, bukan melupakan.
Tapi bagiku yang lebih sulit itu menerima.
Bagaimana caranya kita paham tentang apa yang terjadi, tentang apa yang sudah menjadi jalan hidup kita, menerima bahwa semua yang datang akan hilang.
Apalagi hanya sekedar cerita cinta yang tak pasti.
Ada beberapa hal yang tak bisa diungkap
Bukan hanya sekedar tak mampu bicara
Tapi juga soal kepekaan
Hal-hal seperti ini bisa menjadi penilaian
Seberapa besar kita saling memahami
Tentang sikap, gestur tubuh dan perkataan.
Terkadang mereka lebih senang memberi kode soal perasaannya
Mungkin karena takut mengganggu pikirannya atau tak ingin mengganggu harinya
Tapi ia mengharapkan kamu memiliki perasaan yang sama.
Â
Kalau nanti ternyata aku tak sekuat yang kamu pikirkan
Maaf yaa.
Aku sama ko seperti wanita kebanyakan
Egois, serakah, dan pemarah
Khususnya tentang cinta.
Selama ini aku hanya pura-pura saja
Kata "gapapah" Cuma untuk menutupi, semua perasaan yang tidak mesti aku utarakan.
Tapi aku gak menipu kamu ko
Aku seperti itu hanya tak ingin mengganggumu.
Gak mau waktu mu terbuang hanya karena ego aku saja.
Ternyata people come and go itu benar adanyaa.
Orang yang bersama kita hari ini belum tentu akan selamanya bersama dan orang yang sudah pergi dari hidup kita tidak semua memberi luka
Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menetap. Mereka berhak untuk mencari dimana tempat yang nyaman untuk singgah bahkan menjadikannya rumah.
Maka ketika kamu ingin memasuki hidup seseorang pastikan dulu tujuanmu
Jika memang ingin berteman, maka lakukanlah layaknya seorang teman
Tapi jika kamu ingin lebih dari seorang teman bahkan ingin menjadikannya rumah  lewatilah jalan yang baik.
Karena banyak mereka yang datang memberi ketidakjelasan, membuat keambiguan yang membuat siapa saja merasa kebingungan.
Tidak semua manusia dilahirkan dengan hati yang kuat. Yang mampu melihat dengan sudut pandang yang luas Tentang sebuah kedatangan seseorang.
Banyak dari mereka mengahabiskan waktu untuk sekedar menunggu, maka bertanggungjawablah atas waktu yang telah diberikan seseorang.
Bahkan yang datang dengan penuh keseriusanpun belum tentu menjadi takdirnya. Apalagi yang hanya datang sekedar memberi harapan.
Maka pastikan bahwa kamu tidak salah memilih waktu dan tempat untuk menaruh hati.
Â
Kadang lelah yaaa kalau harus mikirin hidup
Selalu merasa kurang, selalu merasa teraniaya oleh setiap keadaan
Merasa masalah hidup tidak ada ujungnya.
Kadang merasa waktu 24jam dihabiskan oleh kesedihan, mengeluh, dan tidak bersyukur.
Benar yaa ternyata sesekali kita perlu menantang masalah. Kurang ajar banget ngancurin hidup orang dengan mudah.
Senang banget yaa kamu liat manusia lemah kaya aku semakin gak punya arah!
Â
Terserah!
Mau dengan siapapun kamu
Mau kapanpun kamu
Mau menetap atau tidak
Mau setia atau mendua
Mau denganku atau tidak
Terserah!
Asalkan jangan menghilang.
Katakan semuanya.
****
Bukankah telah kukatakan sebelumnya, "Aku hanya datang, bukan untuk singgah apalagi mencari yang terbaik di antara kemilau
berlian perempuan. Aku hanya menghargai isi hatiku, memanjakan pikirku, mengutarakan apa yang telah terendap lama, sesak!." Ramadan Pertama.
Kali ini kau memintaku untuk membawa ke arah yang cukup tenang? tunjukkanlah! Aku sendiri tidak dapat memahami ketenangan itu.Â
di sampingmu? takut akan kesendirian? Terlalu naif bukan. Padahal kita semua berasal dari kesendirian, dan ingin memulai menjadi satu ikatan.Â
Semoga hari di mana mimpi itu terjaga, kita masih bisa bernafas dan bersua menikmatinya. Fana!
Apa yang kamu lakukan sudah memang seharusnya. Berlaku sebagai seorang hamba dan hidup sebagai manusia yang diberkati segala hal. Sempurna. Hanya, masih ingatkah waktu pembicaraan itu berlangsung alot demi mencari pasti masa depan kita berdua akan bagaimana.
Dan aku selalu mengatakan, "Jangan menanti diriku seolah kita akan benar menjadi satu. Aku tidak pasti! Dan yang pasti dariku adalah mati. Andai aku lebih selangkah siap dari semuanya, akan kuwujudkan. Persiapkan saja dirimu, akan amat banyak yang menginginkanmu".
Aku kembali pada ritme semestinya. Manusia kaku.
Hati perempuan memang sulit di cerna. Tapi, aku bersyukur telah menemukan bait yang tersimpan ini.
Bukan sekedar pembelaan yang nyata, ini adalah balasan untuk itu semua. Aku pun demikian, melalui hari hingga malam yang suram dan terus meramu berbicara dengan seluruh anggota badan merumus serta mempersiapkan hari mengenalmu akan kusudahi.
Tidak bertanggungjawab, kata itu pantas untukku sandang.Â
Aku akan lebih senang, jika hari pastimu telah tiba meski tidak dengan orang yang kamu harapkan. Seperti teriakmu "Semua sudah ditakdirkan" terimalah.
"Jalani saja dulu" kata yang telah kita sepakati, dan sekarang akan  menjadi kenyataan. Kita hendak menjalani semuanya pada lajur yang berbeda. Antara, aku yang tidak pasti dan dirimu yang telah menemukan pasti. Kuakui.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H