Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Dosen - Moderate mindset

Aktifitas sehari-hari saya, mengajar, meneliti dan mengabdi...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Proposal Disertasi yang Smart (A Lesson Learned)

16 Desember 2024   09:14 Diperbarui: 16 Desember 2024   15:35 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input Keterangan & Sumber Gambar (M. Amin Abdullah,  Kuliah Seminar Proposal Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2010)

"Bagaimana jadinya kalau kuliah ini tidak saya tongkrongi."

Itulah sepenggal kalimat keprihatinan akademik Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah yang pernah disampaikan di sela-sela perkuliahan seminar proposal yang selalu terngiang-ngiang dalam ingatan saya. Dengan gaya  khasnya, serius tapi penuh dengan joke-joke segar di sepanjang perkuliahannya, keprihatinan beliau menyadarkan saya tentang perlunya keseriusan dalam penggarapan proposal disertasi.   

Sebelum mengikuti mata kuliah seminar proposal disertasi, saya menganggap bahwa menyusun proposal tidak sesulit menyusun disertasi. Tapi setelah mengikuti mata kuliah seminar proposal, pertemuan demi pertemuan, pandangan saya tentang penyusunan proposal disertasi berubah.

Penyusunan proposal sesungguhnya justru lebih sulit dibanding dengan penyusunan disertasi itu sendiri. Hal ini tidak saja karena proposal merupakan sebuah rancangan yang harus dapat menggambarkan apa yang akan dilakukan dalam disertasi nanti, lebih dari itu proposal merupakan penentu apakah sebuah penelitian layak dilakukan atau tidak.

Menurut beliau sebuah proposal yang bagus harus mampu mengemukakan smart question. Untuk dapat   menemukan smart question mesti berangkat dari kerangka teori yang layak. Misalnya jika merujuk pada Thomas S. Khun, kerangka teori hendaknya terbangun atas: Intelectual-academic debat, paradigm, normal sciences, anomali, dan crisis.

Selain itu, ditinjau dari segi literatur, paling tidak memerlukan lima puluh literatur, mulai dari yang lokal, nasional dan internasional. Literatur ini kemudian diklasifikasi sesuai dengan ranking-nya, yaitu: high rank, midle rank dan law rank. 

Untuk proposal yang berjudul Agama dan Kesenian (Relasi Pesantren dan Budaya Lokal) misalnya, skema berikut ini (lihat gambar 1) dapat membantu mengklasifikasikan rangkingisasi literatur di mana art (seni) yang berada dalam agama merupakan high rank, kemudian agama dan seni merupakan midl rank, sementara pesantren merupakan law rank.

Menurut Prof. Amin dalam penerapannya di UIN, kerangka teori di samping terdiri dari ramuan yang unik, bahan-bahan ramuan juga harus meliputi, Islamic studies, humanities, dan social sciences. "Inilah yang membedakan UIN dengan perguruan tinggi lain", tegasnya. Dari sinilah akan melahirkan smart question dan problem yang serius berupa: kegelisahan akademik, pro kontra, dan penyimpangan-penyimpangan.

Dilihat dari psikologi penelitian, menurut Prof. Amin, pada umumnya peneliti ketika menyusun proposal langsung memusatkan perhatiannya ke obyek penelitian. Untuk penelitian setingkat S3, kata beliau, mestinya tidak demikian  melainkan pertama-tama peneliti hendaknya memusatkan perhatiannya pada kerangka teori baru kemudian ke obyek penelitian. Dengan mendudukkan psikologi penelitian seperti ini akan diketahui contribution to knowledge (kebaruan) sebuah penelitian. Beliau menggambarkannya dalam skema berikut (lihat gambar 2):

Input Keterangan & Sumber Gambar (M. Amin Abdullah, Kuliah Seminar Proposal Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2010)
Input Keterangan & Sumber Gambar (M. Amin Abdullah, Kuliah Seminar Proposal Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2010)

Ketika saya mengajukan proposal dengan judul Milk al-Yamin, Tafsir Progresif, dan Kesetaraan Jender dalam Islam beliau menyarankan agar dibuat pemetaan pemikiran (lihat gambar 3). Dari peta tersebut terlihat dengan jelas bahwa pertama-tama yang dilakukan adalah menemukan keyworld, lalu kerangka teori. Di kerangka teori belum berbicara obyek penelitian (milk al-yamin).

Setelah meramu perdebatan berbagai mufasir dari kalangan tradisional dan progresif sedemikian rupa di kerangka teori, baru berbicara tentang milk al-yamn sebagai obyek penelitian. Langkah berikutnya adalah analisis yang di dalamnya membahas contribution to knowledge. Dengan cara seperti ini maka kita akan menemukan sistimatika dan sub-sub judul dalam rencana disertasi, misalnya: Setelah bab Pendahuluan, bab II berjudul Tradisional dan progresif dalam Tafsir Alquran, bab III berjudul Milk al-Yamin dalam Tafsir Tradisional dan Progresif, lalu di bab IV berjudul Milk al-Yamin dalam Pemikiran Islam kontemporer.  

Awalnya saya agak gamang, tapi setelah mendapat penjelasan yang runtut dan detail semakin teranglah apa yang sebenarnya ingin saya teliti. Yang jelas obyek penelitian saya masih tetap tentang milk al-yamn, tapi konsentrasi kajian saya bergeser hanya pada konsep yang diusulkan oleh Muhammad Syahrur. Oleh karena itu, judul yang saya ajukan sedikit berubah menjadi: Konsep Milk al-Yamin dalam Fiqih Kontemporer  Muhammad Syahrur. 

Input Keterangan & Sumber Gambar (M. Amin Abdullah, Kuliah Seminar Proposal Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2010)
Input Keterangan & Sumber Gambar (M. Amin Abdullah, Kuliah Seminar Proposal Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2010)

                                                                                                                             

Akhirnya, tidak ada yang dapat saya sampaikan kecuali ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Amin Abdullah yang telah memberikan penjelasan tentang penulisan proposal dengan smart. Terima kasih pula saya sampaikan kepada semua dosen yang telah membimbing dan mengisi wawasan saya, sehingga mengkristal membentuk sebuah proposal yang utuh. "Bagaimana jadinya kalau kuliah ini tidak saya tongkrongi" menjadi semakin bermakna dan tak kan terlupakan.

Yogyakarta, 19 Agustus 2010

Abdul Aziz

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun