"Anda. Silahkan maju." Pembicara seminar itu memintaku untuk maju ke depan.
Ratusan mahasiswa; peserta seminar Psikologi Komunikasi riuh bergemuruh, menemani hentak langkahku menuju ke sasana.
Saat aku hendak menaiki tangga panggung, pembicara seminar itu mengulurkan tangan seraya mengajak berjabat tangan. Kusambut ramah dengan senyum kecil, dan kami saling berjabatan.Â
Seluruh tatapan peserta seminar tajam mengamati kami. Lalu pembicara seminar itu memulai semacam permainan.
"Kita cooling down dulu setelah ngobrol yang agak berat tadi," ujar pembicara seminar itu.
 "Saya mau tanya, nih sama anda. Apa hewan yang paling anda suka?" Dia bertanya kepadaku.
"Banteng," jawabku spontan.
"Kenapa anda suka Banteng?"
"Karena dia macho, jantan, laki banget, gitu." Aku mencoba menahan tawa saat menjawab.
Pembicara seminar itu tertawa ringan. Lalu ia kembali bertanya. "Setelah Banteng, hewan apalagi yang anda suka?"
Aku termenung sesaat. Lalu di kepalaku muncul seekor hewan, bergegas aku menjawab, "Kuda."
Peserta seminar tertawa riuh mendengar jawabanku karena diluar duga.
"Oke, kenapa anda suka Kuda?" tanya pembicara seminar itu dengan sedikit menahan tawa.
"Karena dia sangat agresif, cepat, gak lola," tegasku.
"Menarik. Terakhir, nih. Setelah Banteng dan Kuda, hewan apalagi yang anda suka?" tanya dia lagi.
Sekuat tenaga aku membongkar isi kepala, mencari hewan yang lewat di dalam pikiran, namun tetap tidak ada.
Beberapa detik pembicara seminar itu tetap menunggu. Tapi memang tidak ada lagi selain Banteng dan Kuda. Akhirnya, aku menjawab, "Gak ada."
"Oke. Tepuk tangan dulu, dong." Suara tepuk tangan riuh bergemuruh di ruang seminar.
"Silahkan, anda boleh kembali." Pembicara seminar itu mempersilahkanku kembali ke tempat duduk.
Dia kembali meminta dua peserta seminar yang lainnya untuk maju ke depan, mengajukan pertanyaan yang sama.
Mereka menjawab macam-macam hewan. Ada yang menjawab Kalajengking, Kucing, Anjing, Serigala, Rusa, Ular, Marmut, Hamster.
Lalu tanya bertanya telah usai. Semua peserta yang tadi ke depan telah kembali ke tempat duduk.
"Oke, kawan-kawan. Tadi, ada tiga hewan yang saya tanyakan. Dalam psikologi, tiap urutan hewan yang saya tanya, memiliki makna tersendiri. Yang terpenting dari pertanyaan hewan tadi, bukan terletak pada hewannya. Saya ulangi, ya, bukan terletak pada hewannya." jeda Pembicara seminar itu.
"Yang terpenting adalah alasan kenapa orang itu suka kepada hewan tersebut. Ingat, ya, alasannya," lanjutnya.
Seluruh peserta mulai antusias menanti eksplanasi pembicara seminar. Ekspresi penasaran dari wajah para peserta amat jelas terpancar.
"Oke, kawan-kawan, langsung aja kita kulik sama-sama jawaban-jawaban super dari teman kita tadi," ujar pembicara seminar.
"Pertama, jawaban dari teman kita yang di sana." Pembicara seminar itu menunjuk ke arah kursiku.
"Sebelumnya saya akan jelaskan. Dalam psikologi, hewan pertama menandakan karakter yang ingin ditampilkan. Ingat ya, yang ingin ditampilkan, yang ingin ditunjukkan. Nah, ketika dia menjawab hewan pertama itu Banteng karena macho, jantan, laki banget pokoknya. Maka kemungkinan besar, karakter yang ingin dia tampilkan kepada orang-orang adalah macho, jantan, laki banget," jelasnya.
Peserta seminar tertawa menanggapi. Beberapa teman yang mengenalku menyela dengan canda, "Wah, pencitraan!"
Aku hanya tersenyum palsu. Sebetulnya aku agak malu. Karena memang benar adanya begitu.
Pembicara seminar itu melanjutkan, "Nah, hewan kedua menandakan ketertarikan terhadap lawan jenis. Ketika dia suka Kuda karena agresif, cepat, dan gak lola. Maka kemungkinan besar, ketertarikan dia kepada wanita adalah wanita yang agresif, cepat, dan gak lola. Saya gak tau maksud dari agresif ini apa, ya." Pembicara seminar itu tertawa, diikuti gelak tawa para peserta.
"Hewan ketiga menandakan karakter asli. Ingat, ya. Kalau hewan pertama adalah karakter yang ingin ditampilkan, maka hewan ketiga adalah karakter asli, beda. Nah, Pada saat hewan ketiga, dia tidak bisa menjawab. Maka kemungkinan besar, dia sendiri belum mengetahui karakter aslinya. Atau dengan kata lain, dia belum mendapatkan jati diri. Wajar, karena fase mahasiswa masih mencari jati diri, masih ikut sana-sini," tutup pembicara seminar itu setelah menuntaskan prediksi tentang karakterku sehari-hari.
Lalu ia kembali melanjutkan penjelasan jawaban-jawaban hewan kesukaan dari peserta seminar yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H