"apa relevansinya shalat dan perbuatan manusia sehingga shalat dapat mempengaruhinya?"
lambat laun pasti akan terjawab seiring perjalanan dari sebuah proses (jika menjalaninya).
Begitu pula dengan persoalan hijab. Jika kita menjalani prosesnya atau mengkaji ilmu agama, maka pertanyaan filosofis seperti "mengapa wanita dianjurkan berhijab?" Lambat laun akan terjawab seiring sebuah proses yang dijalani.
Poinya adalah kalimat "jangan salahkan hijabnya" memang sangat baik. Tapi, ketika si wanita merasa cukup dengan hijabnya, dan tidak berusaha menjalani proses untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi, itu yang salah kaprah. Bahkan berpotensi hanya menjadi tameng bagi perbuatan bejatnya.