Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

bervespa menikmati alam dan tata ruang kota

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Misteri Partai Coklat dan Pengalaman Sang Pencetus

2 Desember 2024   15:40 Diperbarui: 2 Desember 2024   15:52 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/abdulaziz107267/674d7282ed641502b8274692/misteri-partai-coklat-dan-pengalaman-sang-pencetus

Pemisahan Polri dari TNI dimulai pada 1999 dan ditegaskan melalui Undang-Undang No. 2 Tahun 2002. Tujuan pemisahan ini untuk meningkatkan profesionalisme dan independensi Polri dalam menjalankan tugas sebagai penegak hukum, sementara TNI tetap fokus pada pertahanan negara. Meski demikian, Polri tetap bekerja sama dengan TNI dalam hal keamanan negara.

Polri juga sering dikaitkan dengan kedekatan historis dengan Megawati Soekarnoputri, terutama pada masa kepresidenannya. Meskipun demikian, hal ini tidak boleh mempengaruhi independensi Polri sebagai lembaga penegak hukum yang harus profesional dan objektif, tanpa intervensi politik.

Tuduhan bahwa Polri menjadi alat politik penguasa pada Pilpres 2014 dan 2019, serta isu makar dan penangkapan ulama, mencerminkan keraguan publik terhadap independensi Polri. Dalam hal ini, Polri perlu menunjukkan transparansi dan bahwa setiap tindakan berdasarkan hukum, bukan kepentingan politik tertentu.

Pihak yang mengungkap tuduhan ini sering berasal dari kelompok yang merasa dirugikan, seperti "partai coklat" yang terlibat dalam kekuasaan. Namun, tuduhan semacam ini harus dibuktikan dengan fakta, bukan spekulasi. Polri harus tetap menjaga profesionalisme dan tidak terjebak dalam permainan politik yang merugikan citra lembaga.

Isu yang dilemparkan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto tentang "partai coklat" dalam Pilkada 2024 bisa dilihat sebagai strategi politik untuk mengalihkan perhatian. Namun, tuduhan semacam ini harus didasarkan pada bukti yang jelas, bukan spekulasi. Demokrasi yang sehat membutuhkan transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak.

Mengingat begitu fasihnya bung Hasto menyebut keberadaan partai coklat ini, seharusnya bung Hasto juga kenal siapa tokoh dibalik partai coklat tersebut atau jangan-jangan bung Hasto juga sebelumnya pernah bermitra dengan petinggi partai coklat? hingga beliau hafal betul apa itu partai coklat serta perannya dalam proses demokrasi di Indonesia.

Nyungsepnya Banteng dalam Pilkada 2024 menunjukkan penurunan dukungan, terutama di Jawa dan Sumatera. PDIP perlu introspeksi dan beradaptasi dengan perubahan dinamika politik. Meskipun ada penurunan, PDIP tetap menjadi kekuatan politik besar jika mampu menghadirkan pemimpin yang dekat dengan aspirasi rakyat.

Menjadikan "partai coklat" sebagai kambing hitam sering digunakan untuk mengalihkan perhatian dari masalah inti dalam persaingan politik. Narasi negatif ini harus dihindari, dan fokus harus pada membangun politik yang sehat, adil, dan bertanggung jawab demi kemajuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun