Kotak perhiasan. Tempat semua cerita  bersemayam. Tempat dimana yang terpahit ada disitu. Sesuatu yang buruk dan tak pernah sudi  diceritakan. Nenek tak mau aku menyimpannya.
Pasrah dan Tertawa
Tahun ini penuh lika-liku. Setidaknya itu bagi hidupku. Senang, bodoh, dan kematian hadir dalam kenyataan hidup secara perlahan dan terpisah.Â
Sempat tegang dengan pengalaman bodoh yang tak percaya virus. Lalu, meremehkan protokol kesehatan. Duka ditinggal nenek yang belum pudar. Kini memang saatnya pasrah.
Kadang memang ada beberapa hal yang bisa lepas dari kendali kita seperti kematian. Tidak dengan kesehatan dan kebodohan. Aku merasa kebodohan memang akumulasi dari isi otak kita. Kesehatan jika dijaga dan benar-benar diolah maka niscaya akan tetap ada.
Evaluasi diri harus dilakukan. Belum terlambat bukan, karena pandemi juga tak selesai dalam semalam. Ia bisa hadir kapan saja, sejarah tidak pernah bohong. Pandemi akan selalu ada. Hanya soal waktu dan sebab akibat.
Rasanya jika aku terus tegang dan nafas senin sampai kamis, bisa stress sendiri. Bahkan gila. Dan mungkin tidak bahagia. Toh, aku sebagai manusia memiliki 'gagasan' yang harus tetap membumi.
Aku memilih menertawakan diriku sendiri, bukan orang lain. Karena kebodohan lahir dariku. Justru, rasa gundah mendadak hilang saat menertawakan diriku sendiri.
Ternyata kebodohan memiliki peran dalam hidupku. Kelak bisa jadi komedi, sebagai pengingat diri sendiri atau orang lain untuk terus belajar. Rasanya memang perlu keberanian untuk melakukannya.
Jika tahun ini aku atau ada orang lain merasa gagal dan tak berguna sebagai manusia, itu tidak terlalu penting lagi. Selama bisa tertawa atas kebodohan diri sendiri. Karena tidak ada cerita sukses tanpa kegagalan. Bahkan seorang ilmuwan juga pernah melakukan tindakan bodoh.
Hari ini, aku menertawakan betapa cerobohnya aku setahun kebelakang. Ternyata benar, aku tidak sempurna. Akhirnya, aku harus belajar dan selalu belajar untuk menambal kelemahan.Â
Kebahagiaan sederhana lahir saat menertawakan kebodohan diri sendiri. Bentuk bahwa kita sadar sebagai manusia seutuhnya. Melepas pilu dan luka.