Aku tak bisa menjadi Picasso. Aku tak bisa menjadi Yesus. Aku tak bisa menyelamatkan planet ini sendirian. Aku bisa mencuci piring (Penggalan puisi Rachel Corrie)Â
Perempuan cantik bukan hanya dari tampilan serta fisik melainkan juga pemikiran dan perbuatannya. Rupanya itu terbukti pada sosok Halima Aden, ia cerdas dan tegas dengan prinsip dirinya. Lahir di kampung pengungsi Kakuma, perempuan berdarah Somalia itu bukan sosok baru di dunia hijabers. Sejarah telah ia cetak berkali-kali di panggung fashion dunia.Â
Sosoknya pertama kali dikenal saat menjadi satu-satunya kontestan berhijab di ajang Miss Minnesota USA tahun 2016. Semua mata tertuju padanya terutama saat memakai burkini.Â
Mungkin banyak yang awam mengenai ini, sebenarnya secara sederhana burkini merupakan busana renang tertutup untuk muslimah itulah artinya. Banyak mata tertuju bukan pada peserta lain yang tampil seksi berbikini, melainkan ke Halima Aden yang memakai burkini.Â
Berbagai agensi model besar telah menggandengnya, pintu karir dan harta dunia terbuka lebar untuknya. Kala itu usianya masih 19 tahun, Halima telah menjadi model perempuan dunia pertama yang berhijab. Melenggang cantik bak bidadari di Milan Fashion Week, membawakan koleksi Max Mara. Ia juga mencetak sejarah yang tak kalah bergengsi, Vogue majalah fashion terkenal di dunia menayangkan dirinya di sampul majalahnya.Â
Kisah hidupnya telah membawa Halima dinobatkan menjadi brand ambassador UNICEF USA. Bayangkan ia berjajar bersama deretan artis papan atas dunia seperti Selena Gomez. Masa kecil di kampung pengungsian, hidup sederhana tak beberapa lama setelah ia bersama orangtuanya pindah ke St.Cloud, Amerika dirinya ingin mengikuti kompetisi kecantikan supaya bisa memecahkan pandangan buruk serta stigma negatif tentang muslim.Â
Pada kala itu, Halima melihat banyak sekali kasus Islamophobia terhadap masyarakat muslim khususnya perempuan-perempuan yang berhijab. Kepada Star Tribune saat diwawancara ia mengaku pernah menjadi salah satu korban bullying karena memakai hijab saat remaja. Dengan pengalaman tersebut ia bertekat untuk membangkitkan citra positif islam lewat aksinya di Miss Minnesota USA. Wajah somalia telah dibanggakan oleh aksi-aksi Halima.Â
Baru-baru ini dalam unggahannya ia mengaku saat bekerja sebagai model sebenarnya mengenakan pakaian yang kurang nyaman dan harus menata hijabnya dengan cara yang tidak sesuai nilai-nilai agamanya. Halima dengan tegas  mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah lagi ambil bagian dalam pertunjukan model.Â
"Ibuku telah memintaku untuk berhenti menjadi model sudah sejak lama. Seandainya saja dulu aku tidak terlalu bersikap defensif. Berkat COVID-19 dan rehat dari industri ini, akhirnya aku sadar telah melakukan kesalahan dalam perjalanan berhijabku ini," demikian dia menulis di Instagramnya.Â
Menurut saya, keputusan yang diambil Halima ini adalah keputusan yang prinsipil. Demi mempertahankan nilai-nilai yang diyakini ia rela meninggalkan industri fashion. Padahal industri tersebut menawarkan kemewahan serta harta yang luar biasa. Bagaimana tidak menawan, ketika banyak perempuan yang mementingkan popularitas dan kekayaan Halima malah meninggalkannya. Rupanya ia tak mau menggadaikan prinsipnya hanya demi harta dunia.Â
"Aku begitu putus asa saat itu untuk setiap kegiatan-kegiatan modeling sehingga aku kehilangan identitas siapa aku yang sebenarnya dan bahkan untuk  10 juta dollar aku tidak akan pernah mengambil resiko untuk mengorbankan hijab saya lagi ... Saya menjaga hijab saya tidak seperti sebelumnya," tulis Halima di Instagram.Â
Apa pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sikap Halima Aden?Â
Pertama, kita tentu harus mengedepankan nilai-nilai prinsip kehidupanÂ
Sudah kita ketahui bersama bahwa prinsip merupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupan. Tanpa memiliki keteguhan hati dan prinsip yang kuat, kita akan mudah terombang-ambing mengikuti arus. Bahkan ketika kita tidak kuat dan yakin dengan nilai-nilai yang kita miliki tentu bisa jadi kita akan menggadaikan dan merusak keyakinan tersebut.Â
Kedua, tidak melulu uang adalah segalanyaÂ
Harta, uang dan kekayaan memang seakan-akan membuat kita bahagia. Tapi apakah itu telah membuat hati kita lega dan benar-benar bahagia, itu persoalan yang harus dijawab oleh diri kita. Dengan uang memang kita bisa memiliki harta benda. Tapi dalam mendapatkannya ketika itu bertentangan dengan apa yang kita yakini, baik keyakinan agama, moralitas, dan nilai lainnya sudah pasti mental kita tidak akan sehat. Kecuali ketika kita memang tamak dan rakus dalam mengejar harta dunia.Â
Ketiga, kita harus berani mengambil keputusanÂ
Sepahit-pahitnya keputusan jika itu lahir dari keberanian maka keputusan itu akan membawa kebaikan. Dalam hidup, kita sering kali dihadapkan dengan situasi yang tidak menyenangkan bahkan menyulitkan. Jika pada saat berproses kita perlu mengambil keputusan, ambilah keputusan itu dengan penuh kesadaran dan keberanian. Artiannya keberanian juga adalah harta berharga dalam diri kita, tetapi jangan lupa berani saja tidak cukup harus kita imbangi dengan kebijaksanaan.Â
Halima adalah perempuan yang hebat, walau pernah dihujani kritik-kritik pedas, walau pernah melakukan kesalahan ia tak gentar untuk memperbaikinya. Sudah seharusnya kita memberinya tepuk tangan semeriah mungkin atas sikap dan keputusannya yang kadang kita belum tentu bisa seperti dirinya. Saya pribadi sangat menghormati keputusan dan pilihannya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI