Pengunjung warung kopinya kebanyakan kalangan pekerja, mulai dari mandor proyek, mandor pabrik, sales-sales, atau supir truk yang menepi sekedar melepas dahaga dan penatnya jalanan.
Janda itu, punya dua orang asisten. Datang dari desa, dua orang gadis ranum ini menjadi magnet pengunjung. Lugu, cantik, luwes, membuat para pelanggan riang gembira menghabiskan waktu lama-lama di warung Mak Eti. Tak hanya itu, sejak dua gadis hadir bekerja melayani, warung ini semakin terkenal dan tersohor.
Tiba-tiba lelaki itu turun dari motor butut yang kotor kemudian masuk ke warung. Ia duduk menjatuhkan pantatnya penuh semangat pada bangku bambu, dan minta minuman kesukaannya: kopi susu tanpa gula. Tina yang melayani dan membuatkan kopi untuknya.
"Na, Tina, mau pijet nih," kata Fajar meminta pelayanan ekstra super pada Tina.
"Iiihhhh om, lagi rame ini. Nanti saja kalau Ayu udah pulang, biar aku ada yang gantiin jaga," Tina menjawab dengan manja.
Pada sela percakapan, sayup-sayup terdengar langkah kaki bersama gemerincing benturan gelang-gelang emas keluar dari dalam rumah menuju warung. Tampaknya Mak Eti habis mandi, wajahnya bersih dan sangat segar. Sembari melangkah dan tersenyum pada pelanggan ia menghampiri Tina.
"Sudah na, kamu pijitin Fajar dulu sana. Aku bantuin bikin kopi ini," perintah Mak Eti pada Tina sambil tersenyum sangat manis.
"Eh jar, pijet gak hutang ya!" kata Mak Eti sambil mengedipkan mata genit.
"Beres mak, aku baru aja terima gaji dari bos. Yang penting mah layanan mantap, josss gandoss. Ya, kan, Na?" Lirikan genit penuh gairah pada Tina.
Keduanya berlalu dengan bahagia dari hadapan Mak Eti. Masuk ke sebuah tempat, bilik-bilik kecil di dalam rumah.
Pijat, pijat, pijat, katanya.