Pada Kata,
Sajak merangkak di tepian pundak bertapak sabak di bibir falak.
Bekas pijakan kaki dipetilasan suci pun berselimut sunyi di tepi telaga kasih Sang Hyang Widhi.
Kaki-kaki menari,
Mulut-mulut bernyanyi,
Jari-jari bersemi.
Atas nama Sang Maha Suci.
Ya Khaliqu, Ya Mubdi'u, Ya Salamu, Ya Mu'minu, Ya Ghafuru, ya Mu'diu,
Ya Mubdi'u, Ya Mani'u, Ya Jami'u.
Pada Malam.
Dalam peluk sunyi,
Kurasakan hidup yang sejati.
Dalam keramaian, aku rasakan kematian.
Pakem-pakem kutanam pada ladang kalbu hitam.
Aku adalah wayang yang bergerak
atas naskah Sang Dalang
Sayup-sayup suara atas seluruhMu menggema,
menelisik setiap telinga.
Ya ghofur.....
Sesak merangkak kupijakkan kaki pada mesiu-mesiu sang jahanam,
Semboyan pun ku pendam pada vas bunga di telaga fana,
Aku kepayahan!
Hei malam,
Tak bosankah kau muram,
Tak bosankah kau suram,
Tidurlah,
tidurlah,
tidurlah
"Malam harus segera berganti pagi. Kalau bisa terusalah pagi, tak usah ada malam lagi."
Batinku pada semilir angin yang berselimut semesta.
Ya mudzill, Ya mu'izz..
Mu'izzkanlah debu-debu jalanan yang sangat sangat dan sangat mudzil ini.
Ya rahman,
Hanya padamu aku menawar kemurahan yang lebih murah dari jiwaku yang teramat murah ini.
Ya sami', Ya rahim.....
Aku mengadu
Aku merindu atas seluruhku pada seluruhMu
Rabu,15 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H