Setiap bulir adalah tawa.
Setiap teguk adalah cinta.
Setiap jeda adalah rindu.
Di tepi kamar,
Di dekat jendela.
Di hadapan cermin milik nona pertama
Mengenang.
Yang pernah menggenang
Seluruh pikiran,
tanpa tapi
Baca juga: [Puisi] Mata yang Ingin Kupeluk
Serang, 2024
Baca juga: Puisi: Tanah Kita
Baca juga: Cerpen: Ulat Kesepian dan Belalang Periang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!