“Hei.. sayapmu indah sekali” sapa burung kolibri itu padanya.
“Kenapa kau terlihat begitu sedih? Ada yang bisa kami bantu” tanya sang kolibri.
“Aku sedang mencari seseorang, dia selalu datang ke kebun sayuran ini setiap pagi. Dia berjanji akan membawakan semangkuk sawi segar untuku, tapi ia tak pernah menemuiku lagi” ujar Kupu-kupu dengan lesu.
“Hei.. apakah kau Ulat manis yang tinggal di perdu dekat sungai itu?” tanya sang kolibri itu pada Kupu-kupu.
“Ya itu aku” jawab Kupu-kupu lekas.
“mungkin kau tak ingin melihatnya, tapi biar kutunjukan sesuatu padamu, mungkin ini yang kau cari” ujar sang kolibri dengan raut wajah iba.
“ikuti aku” mereka kemudian terbang melintasi rumah manusia dan menelusuri jalan setapak menuju sungai.
“Kita mau ke mana? Aku baru saja melewari jalan ini beberapa saat yang lalu” tanya Kupu-kupu dengan kebingungan.
“Kita akan ke sungai, Belalang ada di sana” jawab sang kolibri dengan raut wajah menyesal.
“Benarkah? Kau kenal Belalang? Di mana? Dia dimana?” Kupu-kupu langsung menghujani sang kolibri dengan pertanyaan setelah mendengar nama Belalang. Matanya berbinar-binar memancarkan kebahagiaan. Sampailah mereka di tepi sungai, di bawah pohon jambu. Di sana tertancap sebuah nisan kayu, dan di sebelah nisan itu ada sebuah mangkuk yang berisi sawi yang sudah mengering. “Apa maksdunya ini?” tanya Kupu-kupu kebingungan.
“Belalang sudah mati, dua belas hari yang lalu aku menemukan tubuh belalang tergeletak di sini. Bersama tubuhnya aku menemukan semangkuk sawi segar dan secarik kertas. Dalam kertas itu ia meminta siapapun yang menemukan mayatnya agar menguburkannya di bawah pohon jambu ini.