SURAT PERTAMA
Teruntuk Cha
Surat ini aku tulis dalam kondisi hati yang berkecamuk dan sedih. Bukan karena aku putus darimu, sebab aku tak sedikitpun merasa putus darimu. Saya lebih merasa menyesal ketimbang sedih. Merasa gagal dalam memvalidasi perasaan mu selama ini, kurang menganggap serius problema hubungan kita. Sungguh aku menyesal.Â
Tapi nasi sudah menjadi bubur, kali ini aku harus benar-benar menghormati perasaan mu. Aku harus belajar arti sesuatu dari kehilangan, meskipun tak sedikitpun aku meyakini aku akan kehilangan mu. Ini adalah babak penentu dalam hidupku, babak pertaruhan. Sebab aku telah meyakini bahwa cinta harus diperjuangkan sedemikian rupa, agar pantas disebut cinta. Â
Aku selalu menganggap hubungan kita tak pernah berakhir. Saya hanya merasa kamu meninggalkan rumah ini tuk sementara. Sudah menjadi kewajiban ku untuk menjaga nya dengan baik. Membersihkannya dari debu waktu yang mengotorinya, selalu menghidupkan rumah ini walau hanya sendiri. Bukan aku tak mau beranjak darimu, tapi aku tak ingin menyesal untuk kedua kalinya. Lebih baik aku diam di sini dan menunggu. Tak apa lebih baik aku belajar untuk menjadi sahabat terbaikmu terlebih dahulu. Agar kelak aku tiba pada posisi yang lebih pantas untukmu. Karena aku tak mau kamu sengsara hati bilamana bersamaku. Dunia terlalu lama untuk terus menetap dengan orang yang menyakiti hatimu. Maafkan aku.
Tulisan ini sungguh tidak dimaksud kan untuk dibalas, atau menjadikanmu berat melepasku. Pergilah, berlarilah, arungilah, dan carilah seseorang lainnya bila itu maksud hatimu. Suatu hari jika kamu menemukan lainnya dan serius dengannya, jangan lupa ceritakan padaku. Agar aku dapat menutup pintu rumah ini, dan duduk di baliknya untuk tetap menunggu mu. Dan jika hanya jika terjadi, laki-laki lain itu berkata kasar kepadamu, bernada tinggi, bermain fisik, atau berani menyakiti mu, jangan ragu tuk pergi darinya. Sebab kau masih punya rumah untuk kau ketuk pulang. Akan kusambut dirimu meskipun di usia senja. Aku akan belajar bersabar selama itu.
Pesanku selalu sama jadi sabar jadi baik ya. Kali ini aku benar-benar mencintaimu, jika tak bisa dipersatukan oleh dunia semoga Tuhan pertemukan di akhirat.Â
dari Laki-Laki Yang pernah Mencintaimu
Aku
SURAT KEDUA
Teruntuk sahabatku,
Ini adalah surat kedua yang saya tulis berjarak 3 hari dari tulisan pertama. Saat menulis surat ini hatiku sedikit tenang, tidak terombang ambing saat dahulu. Mungkin karena waktu, mungkin juga karenamu.Â