Mohon tunggu...
Abdul Afwu
Abdul Afwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemikir Lepas

Ini adalah sampah pikiran, saya membuang semuanya di sini. Umpanya itu bermanfaat bagi anda, ambil. Apabila mengganggu saya minta maaf, harap maklum ini sampah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Skripsi yang Baik adalah Skripsi yang Selesai, Bullshit!

4 Juli 2024   17:03 Diperbarui: 4 Juli 2024   17:09 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah hal yang menyebalkan bagi saya seorang mahasiswa tua yang mendengar kalimat "skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai". Kalimat tersebut seperti memberikan kesan bahwa semua skripsi yang selesai hari ini itu skripsi yang "baik", padahal bukan rahasia umum kalau belum tentu skripsi-skripsi itu dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Belum lagi kalimat itu seakan-akan mempersempit tujuan skripsi, yakni menyelesaikannya. Pokok e ndang mari ndang wes!

Saya tidak tahu pasti kalimat itu asal-muasalnya dari mana, tapi yang jelas kalimat itu menggema di seluruh kalangan. Ibu saya sering menasehati, "sudah nggausah mempersulit diri, yang penting selesai skripsinya", pun teman saya, "nggausah terlalu idealis, yang penting selesai". Padahal semakin saya bergaul dengan banyak orang yang sudah lulus, semakin saya banyak tau skripsi mereka jauh dari kata pantas untuk di luluskan baik secara etika, atau bahkan substansi dari persoalan yang dianalisa.

Misalnya saja, sekarang saya yang sedang menyelesaikan skripsi ini baru tahu ternyata banyak teman-teman saya yang sekedar memalsukan data untuk menyelaraskan hipotesa. Kan aneh, ibarat gedung IKN udah jadi, eh AMDAL nya baru dibuat. Dari situ saja kita sudah tau bahwa skripsi-skripsi yang data-data nya dipalsukan itu sudah jelas tentu cacat dan tidak baik. Dan jangan salah, yang seperti ini tidak sedikit, banyak sekali. Coba saja disurvey, sayangnya lembaga survey yang seperti ini tidak ada.

Kalau anda bertanya bagaimana mereka memalsukan data, tentu itu akan sangat berbeda-beda dalam paktiknya, tergantung kreativitas peneliti. 

Contoh kasus: 

Teman saya si A meneliti hubungan dua variabel menggunakan nilai kuisioner yang telah dibuat. Untuk mendapatkan data, dia menyebarluaskan kuisionernya. Berhari-hari kuisioner tak kunjung terisi sesuai jumlah yang diinginkan akhirnya ia membeli jasa mengisi kuisioner. Setelah kuisioner terisi, Si A melakukan analisis data. Hasilnya tidak sesuai dengan hipotesa, ia merasa akan kesulitan ketika nanti harus menjelaskan mengapa hasil analisa tidak sesuai dengan hipotesa? Alhasil Si A merubah data menyesuaikan sehingga hipotesa dapat diterima. Dan begitulah praktik di lapangan teman-teman saya selama ini.

Selain skripsi-skripsi yang dipalsukan datanya, banyak pula skripsi-skripsi yang asal jadi karena dosen pembimbingnya yang asal ACC. Saya pernah menemui beberapa teman saya yang bimbingan hanya dapat dihitung jari tangan satu. Ketika ditanya kenapa bisa begitu, jawabannya "Dosen saya kaprodi, susah banget ditemui, ketemu palingan cuman dua kali udah langsung di ACC". 

Wah enak banget kan. Dan tidak tanggung-tanggung beberapa teman saya bahkan bisa melaksanakan seminar proposal secara mandiri tanpa kehadiran dosen pembimbing. Sungguh luar binasa. Kalau masih skeptis dan tidak percaya dengan ucapan saya bahwa skripsi yang selesai itu belum tentu baik, sudah kebacut sih anda.

Okelah, mungkin anda harus sesekali berkunjung ke Program Studi saya berkuliah, PAI UIN Sunan Kalijaga. Dengan embel-embel akreditas A, Unggul, dan AUN-QA, itu lantas tidak menunjukkan sama sekali bahwa skripsi-skripsi yang selesai itu "baik", dan "asli". Lah kok bisa gitu? Nah, ini baru-baru aja saya ketahui ketika sedang mengerjakan skripsi. 

Ternyata oh ternyata setelah saya bersusah payah berfikir untuk menulis sendiri. Teman saya nyletuk, "Tinggal copas aja kok repot, pakek AI sana loh. Gak ada cek plagiasinya kok. Cuman bikin surat pernyataan doang.", wah saya langsung marah dong. Skripsi yang saya anggap sakral untuk mempertaruhkan harga diri dalam menunjukkan hasil akumulasi belajar yang bersemester-semester itu seketika runtuh. Kok bisa? Kok bisa skripsi-skripsi yang selesai ini tidak dicek plagiasinya. Lalu esensi skripsi ini apa? Formalitas aja? Bajingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun