Adalah hal yang menyebalkan bagi saya seorang mahasiswa tua yang mendengar kalimat "skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai". Kalimat tersebut seperti memberikan kesan bahwa semua skripsi yang selesai hari ini itu skripsi yang "baik", padahal bukan rahasia umum kalau belum tentu skripsi-skripsi itu dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Belum lagi kalimat itu seakan-akan mempersempit tujuan skripsi, yakni menyelesaikannya. Pokok e ndang mari ndang wes!
Saya tidak tahu pasti kalimat itu asal-muasalnya dari mana, tapi yang jelas kalimat itu menggema di seluruh kalangan. Ibu saya sering menasehati, "sudah nggausah mempersulit diri, yang penting selesai skripsinya", pun teman saya, "nggausah terlalu idealis, yang penting selesai". Padahal semakin saya bergaul dengan banyak orang yang sudah lulus, semakin saya banyak tau skripsi mereka jauh dari kata pantas untuk di luluskan baik secara etika, atau bahkan substansi dari persoalan yang dianalisa.
Misalnya saja, sekarang saya yang sedang menyelesaikan skripsi ini baru tahu ternyata banyak teman-teman saya yang sekedar memalsukan data untuk menyelaraskan hipotesa. Kan aneh, ibarat gedung IKN udah jadi, eh AMDAL nya baru dibuat. Dari situ saja kita sudah tau bahwa skripsi-skripsi yang data-data nya dipalsukan itu sudah jelas tentu cacat dan tidak baik. Dan jangan salah, yang seperti ini tidak sedikit, banyak sekali. Coba saja disurvey, sayangnya lembaga survey yang seperti ini tidak ada.
Kalau anda bertanya bagaimana mereka memalsukan data, tentu itu akan sangat berbeda-beda dalam paktiknya, tergantung kreativitas peneliti.Â
Contoh kasus:Â
Teman saya si A meneliti hubungan dua variabel menggunakan nilai kuisioner yang telah dibuat. Untuk mendapatkan data, dia menyebarluaskan kuisionernya. Berhari-hari kuisioner tak kunjung terisi sesuai jumlah yang diinginkan akhirnya ia membeli jasa mengisi kuisioner. Setelah kuisioner terisi, Si A melakukan analisis data. Hasilnya tidak sesuai dengan hipotesa, ia merasa akan kesulitan ketika nanti harus menjelaskan mengapa hasil analisa tidak sesuai dengan hipotesa? Alhasil Si A merubah data menyesuaikan sehingga hipotesa dapat diterima. Dan begitulah praktik di lapangan teman-teman saya selama ini.
Selain skripsi-skripsi yang dipalsukan datanya, banyak pula skripsi-skripsi yang asal jadi karena dosen pembimbingnya yang asal ACC. Saya pernah menemui beberapa teman saya yang bimbingan hanya dapat dihitung jari tangan satu. Ketika ditanya kenapa bisa begitu, jawabannya "Dosen saya kaprodi, susah banget ditemui, ketemu palingan cuman dua kali udah langsung di ACC".Â
Wah enak banget kan. Dan tidak tanggung-tanggung beberapa teman saya bahkan bisa melaksanakan seminar proposal secara mandiri tanpa kehadiran dosen pembimbing. Sungguh luar binasa. Kalau masih skeptis dan tidak percaya dengan ucapan saya bahwa skripsi yang selesai itu belum tentu baik, sudah kebacut sih anda.
Okelah, mungkin anda harus sesekali berkunjung ke Program Studi saya berkuliah, PAI UIN Sunan Kalijaga. Dengan embel-embel akreditas A, Unggul, dan AUN-QA, itu lantas tidak menunjukkan sama sekali bahwa skripsi-skripsi yang selesai itu "baik", dan "asli". Lah kok bisa gitu? Nah, ini baru-baru aja saya ketahui ketika sedang mengerjakan skripsi.Â
Ternyata oh ternyata setelah saya bersusah payah berfikir untuk menulis sendiri. Teman saya nyletuk, "Tinggal copas aja kok repot, pakek AI sana loh. Gak ada cek plagiasinya kok. Cuman bikin surat pernyataan doang.", wah saya langsung marah dong. Skripsi yang saya anggap sakral untuk mempertaruhkan harga diri dalam menunjukkan hasil akumulasi belajar yang bersemester-semester itu seketika runtuh. Kok bisa? Kok bisa skripsi-skripsi yang selesai ini tidak dicek plagiasinya. Lalu esensi skripsi ini apa? Formalitas aja? Bajingan.
Hal ini tentu saya konfirmasi langsung kepada dosen pembimbing saya, "Bu mohon maaf, ini nanti saya cek plagiasi nya pakai apa ya? Apa prodi menyediakan layanan turnitin?".Â
Begini jawabannya,Â
"Aduh mas setahu saya prodi tidak menyediakan layanan turnitin, saya juga tidak tahu kampus apakah menyediakan atau tidak untuk mahasiswa. Di prodi kita juga tidak mewajibkan melakukan cek plagiasi, yang penting ada surat pernyataanya nanti di buat. Sebenarnya saya sudah vokal untuk mengusulkan cek plagiasi sebagai syarat kelulusan ke kaprodi, tapi belum ada tindak lanjut sampai sekarang. Mungkin beliau khawatir akan mempersulit mahasiswanya". Gimana? Masih percaya kalau skripsi yang sudah selesai sudah pasti baik? Angel oh angel
Sebagai calon lulusan PAI UIN Sunan Kalijaga saya sebenarnya agak sedikit malu, sebab dari rangkaian informasi tentang "dirty thesis" ini meruntuhkan semangat saya untuk mengerjakan skripsi dengan sebaik-baiknya. Mulai dari pemalsuan data, prosedural yang asal, hingga orisinalitas yang dipertanyakan adalah sebab-sebab dari rangkaian saya semakin malas mengerjakan skripsi. Sebenarnya saya juga tidak enak untuk membuka ini semua, saya khawatir dibilang "meludah di sumur tempat menimba air", tapi kalau tidak kita kritik bersama-bersama saya takut masa depan perguruan tinggi semakin suram.
Lebih parah lagi, meskipun saya jarang menemuinya karena memang sedikit yang mengakui, ada skripsi-skripsi yang selesai karena dijokikan. Bukan hanya dijokikan tulisannya, tapi dibrief juga untuk mempresentasikannya.Â
Sudah kaya di film-film lah pokoknya. Sangar betul. Dan sampai saat ini saya belum tahu apa konsekuensi kalau mereka ketahuan menjokikan skripsi nya. Apa gelarnya lantas bisa dicabut? Apa mereka dibiarkan untuk menggunakan gelar itu dan diam saja? Wallahua'alam.
Pada akhirnya kita tahu dan semakin sadar bahwa sampai hari ini skripsi-skripsi yang selesai itu belum tentu baik. Maka tujuan skripsi jangan direduksi pada cepat tidaknya penyelesaiannya. Namun esensi dan kebermanfaatan skripsi ini apa? Ets jangan deh kita bicara esensi dan kebermanfaatan, yang orisinil dan otentik aja udah jarang banget ditemuin semenjak kemunculan AI.Â
Tulisan ini sebenarnya saya maksudkan untuk menjadi himbauan kepada seluruh mahasiswa yang baru masuk atau sudah tua, tolong jangan tutup mata kalian, betapa banyak orang yang kalian ketahui lulus tapi kehilangan marwahnya.Â
Jadi tolong, berhentilah berkata skripsi yang baik adalah yang selesai. Kita tidak sedang balapan makan, ingat kalau anda calon dokter dan anda bodoh anda bisa membunuh orang, kalau anda arisitek dan anda bodoh anda bisa merobohkan bangunan, kalau anda guru dan anda bodoh, anda bisa mencelakakan peradaban.
Saya sebagai mahasiswa pendidikan tentu sekali lagi mengajak dan mengingatkan kepada anda para pembaca, siapapun, terkhusus rekan mahasiswa prodi PAI di UIN Sunan Kalijaga. Tolong yang serius dalam mengerjakan skripsi, juga kalau dalam bimbingan, jangan mau anda punya predikat lulus dan membawa gelar S.Pd tapi anda-anda ini hasil anak haram pendidikan.Â
Ibaratnya kaya mas Gibran, yang kata orang tempo belum lulus umurnya jadi wakil, eh bisa jadi wakil. Yang etikanya naik setelah bapaknya turun malah naik pas bapaknya jabat.Â
Nah anda jangan seperti itu, belum waktunya lulus sudah lulus. Belum pantas jadi guru, eh malah diangkat jadi guru karena keluarga/relasi anda punya yayasan lembaga pendidikan. Kacau balau jadinya negeri ini nanti. Ngeri-ngeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H