Mohon tunggu...
Abdul Afwu
Abdul Afwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemikir Lepas

Ini adalah sampah pikiran, saya membuang semuanya di sini. Umpanya itu bermanfaat bagi anda, ambil. Apabila mengganggu saya minta maaf, harap maklum ini sampah.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

(RESENSI BUKU #2) Sering Sambat Soal Uang? Baca Buku The Psychology of Money

22 Agustus 2023   01:12 Diperbarui: 15 September 2023   02:04 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.gramedia.com/products/the-psychology-of-money-timeless-lessons-on-wealth-greed-and-happiness

"Saya lelah sekali hidup untuk bekerja, rasanya uang selalu hilang tapi tenaga dan pikiran harus tetap jalan untuk pekerjaan" 

Begitulah saat salah seorang sahabat saya sambat mengenai keadaan keuangannya yang tak kunjung membaik. Saya cukup prihatin melihatnya, tapi kalau diingat kondisi saya sendiri pun juga memprihatinkan keuangannya. Kita berdua adalah sepasang sahabat yang memprihatinkan, lemah dalam menata dan mengelola keuangan.

Untungnya saya ini tak pernah pesimis perihal keuangan. Sememprihatinkan apapun kondisinya, saya usahakan tak pernah mengeluh, tapi lama-lama tersiksa juga saat mendengar keluhan-keluhan teman perihal perekonomian. Semangat untuk mencari jawaban pun tiba, "Saya harus punya jawaban atas semua ini, hubungan saya dan uang harus saya perbaiki. Saya harus mengetahui tentang uang lebih banyak" begitulah tekad saya untuk keluar dari kondisi memprihatinkan ini.

Saya pun memutuskan pergi menuju toko buku, mengambil secara acak buku yang terpampang di rak terdepan. Sebuah buku yang tak terlalu tebal tapi tak terlalu tipis, buku itu berjudul "The Psychology of Money". Tak pikir panjang segera bergegas saya ambil dan bayar di kasir. Saya pulang dan membacanya hingga selesai.

Sungguh tak kusangka ternyata isinya hanya nasihat-nasihat, sempat meragukannya, "Bisa-bisanya saya dinasehati keuangan oleh orang yang tak saya kenal" begitu berat menerimanya. 

Lalu mengapa kok buku ini menjadi buku bestseller ya, dan setelah saya lihat-lihat ternyata banyak juga influencer-influencer yang merekomendasikannya. Karena saya sedikit kecewa saya pun menceritakan kepada teman saya, semua tentang buku ini dan teman saya begitu hening mendengarkannya dengan seksama. Ternyata dia tertarik dan ingin meminjamnya. "Hah apanya yang menarik sih, cuman nasihat. Yasudah bawa saja bukunya" begitu kataku menyudahi percakapan.

Beberapa hari setelahnya dia kembali dengan mata berbinar dan berkata, "Gila, buku ini membantu banget. Thanks yaa!" katanya sembari mengembalikannya padaku. "Kok dia terkesan ya, coba ah baca lagi dengan seksama" batinku sambil ngedumel sendiri.

Oh ternyata saya melewatkan banyak hal saat membaca buku ini. Saat dulu membacanya saya sangat berekspetasi bahwa saya akan disodorkan hal-hal teknis dan praktis cara mengatur uang. Tapi ternyata isinya hanya nasihat, sehingga sempat dibuatnya rasa kecewa. Namun saat sekarang membaca ulang lagi, dan dengan menfokuskan diri pada setiap nasihat-nasihat di dalamnya, ternyata memang bukan main bagusnya buku ini.

MENABUNGLAH. MENABUNG SAJA. MENABUNG TAK PERLU TUJUAN KHUSUS.

Sebuah nasihat menarik dan termasuk yang paling saya sukai. Dahulu saya selalu berpikir menabung itu selalu butuh tujuan, tapi ternyata tidak selalu. Saya selalu menabung dengan tujuan, tujuan jangka panjang dan jangka pendek. 

Saat saya mulai menabung dengan tujuan jangka pendek saya selalu merasa kembali miskin saat telah membelanjakannya. Dan saat saya menabung dengan tujuan jangka panjang, keinginan serta kebutuhan saya kerap berubah tiba-tiba di tengah jalan. Saya harus menggunakannya dan merasa begitu lelah mengejar tujuan-tujuan jangka panjang itu.

Tapi dengan menabung tanpa tujuan, saya merasa tak perlu cepat-cepat membelanjakannya, dan saat kebutuhan darurat tiba-tiba datang saya tetap bisa menggunakannya tanpa merasa berat. Menabung tanpa tujuan berarti mempersiapkan diri untuk masa depan yang selalu mengagetkan. Kalaupun saya memiliki tujuan, saya takkan pernah menghabiskan tabungan secara langsung. Cara kerja tabungan tidak untuk dihabiskan, ia sebagai bantalan untuk kebutuhan di masa mendatang.

BAHAGIA ADALAH SEDERHANA, TAK SELALU KAYA

Terkadang memang saya ini sedikit harus disadarkan dan mengenal kata cukup. Seperti makan yang tak kunjung henti maka ia akan menjadi menyakitkan. Seperti berolahraga tanpa istirahat maka ia akan menjadi menyakitkan. Hindarilah berlaku ekstrim, dan mulailah mengatakan cukup. Saya ini sudah terhipnotis dengan standart hidup yang berlebih dan konsumtif. Kaya dan kekayaan itu ternyata berbeda, kekayaan itu sesuatu yang tak dihabiskan, dan tak terlihat secara eksplisit.

Ketahuilah, bahwa uang itu dekat dengan perilaku dan karakter. Saat manusia kehilangan kesadaran dalam berperilaku saat itu pula sikap irasional terhadap uang muncul.

 Terkadang uang tak selalu tentang seberapa cerdas IQ seseorang, tak selalu tentang seberapa tinggi sekolahnya. Uang itu adalah kecerdasan bersikap dan berperilaku. 

Semakin sederhana dalam hidup semakin baik pula hubungan individu dengan uang. Sekali lagi, jangan mencari kebahagiaan melalui uang, kalau tidak ingin terjebak pada siklus yang melelahkan; Tidak Punya Uang-Bekerja Keras-Punya Uang-Bayar Tagihan-Habiskan Untuk Kesenangan-Tidak Punya Uang, dan begitu seterusnya.

GUNAKAN UANG UNTUK MENGAMBIL KENDALI ATAS WAKTU

Aset terbesar manusia adalah waktu. Manusia kerap bekerja untuk uang dan kehilangan kendali atas waktu. Saat hari tua tiba, semuanya terasa terlambat untuk disesali. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata "cukup" memanglah penting untuk uang, bekerjalah secukupnya, hiduplah sederhana dan menabunglah, saat waktunya tiba gunakanlah uang itu untuk mengambil kendali atas waktu. Yakni tak lagi melakukan sesuatu untuk uang tapi untuk makna dan kebahagiaan.

Nasihat- nasihat di atas teramat sangat membekas dan saya memulai mencoba untuk hidup lebih optimis lagi. Setiap hari saya hapalkan nasihat-nasihat nya. Saya buat agar diri saya terngiang-ngiang dengan nasihat-nasihat tadi melebihi suaranya aldi taher saat menyanyikan lagu coldplay.

Kali ini saya sudah lebih dapat menerima dan tahu, berbekal dari kisah Ronald James Read yang ada di buku "The Psychology of Money", saya jadi optimis dan tenang. Waktunya saya akhiri dengan lirik lagu Tulus "Kita tak perlu terlalu banyak uang. Kita bahagia meski tak kemana-mana" uuuh, wiuw wiuuw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun