Mohon tunggu...
abdul afit
abdul afit Mohon Tunggu... Freelancer - Tutor geografi

Bumi dan bola, sama-sama bundar!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Wahai Capres! Indonesia Butuh Kompetisi Berkelanjutan, Bukan Stadion Internasional

27 Januari 2024   18:33 Diperbarui: 27 Januari 2024   18:34 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marselino Ferdinan salah satu talenta lokal terbaik yang dimiliki Indonesia (foto: tribun jambi)

Salah satu  capres 2024-2029 dalam kampanyenya sering mengumbar janji akan membangun 11 stadion bersandar internasional jika dirinya terpilih sebagai presiden. Sebuah janji untuk menggaet suara dari pecinta sepak bola. 

Janji-janji ini memang sangat realistis untuk diwujudkan. Anggaran pun bisa diupayakan. Akan tetapi membangun stadion bertaraf internasional bukan sesuatu yang mendesak dibutuhkan oleh persepakbolaan nasional. Bukan itu yang kita butuhkan. Indonesia butuh kompetisi yang berjenjang dan berkelanjutan untuk mencetak pemain-pemain profesional yang dapat menjadi pilihan untuk memperkuat tim nasional di masa depan.

Selain tidak terlalu dibutuhkan, biaya pembangunan stadion bertaraf internasional membutuhkan biaya yang sangat besar. Anggaran untuk membangun stadion bertaraf internasional membutuhkan biaya ratusan hingga triliunan jika merujuk pada biaya pembangunan stadion internasional di Jabodetabek.

Misalnya stadion internasional Jakarta  atau JIS, menyerap anggaran hingga Rp 4,5 triliun. Stadion Pakansari di Kabupaten Bogor yang digunakan untuk Venue Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 menghabiskan dana Rp 803 miliar. Venue PON 2016 lainnya, stadion Wibawa Mukti Karawang membutuhkan anggaran pembangunan hingga Rp 503 miliar.

Anggaran sebesar itu alangkah baiknya jika diprioritaskan untuk memutar kompetisi di tanah air dari Sabang sampai Merauke untuk level kelompok umur. 

Buat capres dan cawapres, jika anda memang peduli dengan sepak bola nasional maka berjanjilah untuk mendukung kompetisi liga level kelompok umur berjalan secara berjenjang dan berkelanjutan. Bukan bangun stadion internasional. Jika anda peduli dengan sepak bola nasional, bekerjasamalah dengan PSSI dan swasta untuk memutar kompetisi level kelompok umur.

Kita ciptakan Pratama Arhan dan Marselino Ferdinan berikutnya. Mereka adalah bakat-bakat sepak bola yang ditempa dari Liga level kelompok umur EPA Liga 1 U18 dan U20. Mereka naik ke jenjang senior dan bermain di klub Liga 1. Dan saat ini, lihatlah mereka sekarang sudah berkarir di luar negeri.

Tidak dibutuhkan biaya besar untuk memutar kompetisi kelompok umur EPA Liga 1, Soeratin Cup ataupun kompetisi-kompetisi sejenis di pelosok tanah air.

PSSI hanya butuh anggaran Rp 2,15 miliar untuk memutar kompetisi EPA liga 1 U14, U16 dan U18 musim 2022/2023. Jika diasumsikan biaya pembangunan satu stadion bertaraf internasional sebesar Rp 500 miliar maka PSSI bisa menjalankan kompetisi liga kelompok umur selama ratusan tahun. 

Itu hanya dari pembangunan satu stadion internasional. Berapa banyak dan berapa lama kompetisi yang dapat PSSI jalankan ditingkat nasional hingga pelosok pulau  jika pemerintah mengalihkan anggaran pembangunan stadion bertaraf internasional untuk memutar kompetisi? 

Berapa banyak anak-anak dipelosok negeri yang akan mendapat manfaat dan menjadi pemain profesional di masa depan? Berapa banyak bakat-bakat yang dapat dijadikan pilihan untuk memperkuat pemain nasional? Berapa banyak pemain seperti Arhan dan Marselino yang dapat kita ekspor?

Ayo pak capres dan cawapres, sudahilah janji-janji mercusuar. Prioritaskan untuk program yang lebih bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun