Mohon tunggu...
abdul afit
abdul afit Mohon Tunggu... Freelancer - Tutor geografi

Bumi dan bola, sama-sama bundar!

Selanjutnya

Tutup

Bola

Fenomena Menyimpang Liga-liga Top Eropa Musim ini

5 Desember 2023   17:38 Diperbarui: 5 Desember 2023   17:54 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim 2023/2024, setidaknya hingga setengah musim ini, liga-liga domestik di negara-negara utama Eropa muncul fenomena yang tidak biasa. Klub-klub besar di liga-liga domestik kehilangan kekuatan di musim ini.

Mulai dari Ajax di Eredivisie Belanda, Olimpique Lyon di Ligue 1 Perancis hingga Chelsea di Liga Primer Inggris. Performa mereka ibarat tim medioker yang hanya berkutat di papan tengah dan bawah klasemen. Padahal musim-musim sebelumnya mereka mampu konsisten di papan atas dan menjadi penanganan gelar juara.

Berikut ulasan performa mereka di semua kompetisi yang mereka ikuti:

Olimpique Lyon-Ligue 1 Perancis 

Ligue 1 menyuguhkan sesuatu yang tidak terduga musim ini. Olimpique Lyon pemilik 7 gelar juara Ligue 1 secara beruntun musim 2001/2002 - 2007/2008 terpuruk di dasar klasemen hanya dengan 7 poin. Dari 12 pertandingan yang telah dijalani muskm ini Lyon hanya mampu meraih 1 kemenangan, 4 kali seri dan 7 kekalahan. Rekor terburuk dalam sejarah klub!

Lyon memperoleh kemenangan pertamanya musim ini pada pekan ke 11 (12/11/2023) saat tandang ke markas Stade Rennes. Lyon menaklukkan tuan rumah dengan skor tipis 0-1. Selain poin yang minim, catatan buruk lainnya Lyon menjadi klub ketiga di Ligue 1 yang paling mudah dijebol. Lyon telah kemasukan 21 gol  dan hanya mencetak 9 gol.

Penyebab keterpurukan Lyon musim ini bisa ditelusuri dari sanksi yang diberikan oleh DNCG (Direction Nationale du Controle de Gestion) lembaga pengawas khusus sepak bola Perancis. DNCG membatasi aktivitas Lyon dalam bursa transfer musim ini akibat ditemukannya aliran dana mencurigakan musim sebelumnya.

Otomatis Lyon tidak bisa berbuat banyak dalam transfer pemain musim ini. Skuad diisi pemain muda lulusan akademi yang masih minim pengalaman. Barisan skuad Lyon diantaranya diperkuat 10 pemain U21. Disisi lain, pemain berpengalaman yang masuk ibarat barang sisa di klub lain. Mereka banyak didatangkan dengan status pinjaman dan free transfer. Sudah cukup menjadi bukti betapa berpengaruhnya sanksi DNCG bagi Lyon.

Ajax Amsterdam-Eredivisie Belanda 

Klub raksasa Belanda pemegang 36 gelar Eredivisie ini masih lebih baik nasibnya  dari klub Perancis Olimpique Lyon. Ajax masih mampu bersaing dipapan tengah.  Namun tetap saja ini bukan sesuatu yang biasa bagi raksasa Belanda ini. 

Ajax hanya berada diurutan 8 klasemen Eredivisie dengan 18 poin dari 13 kali bermain. The Amsterdamers terpaut jauh dari rival abadi PSV dan Feyenord. Ajax tercecer 24 poin dibelakang PSV dan 14 poin dibelakang Feyenord. 

Dikancah Eropa hasilnya lebih buruk lagi. Ajax menghuni dasar klasemen grup  B dengan hanya 2 poin dari 2 kali seri, 3 kekalahan dan tanpa meraih kemenangan. Grup B diisi AEK Athena (Yunani), Brighton anda Hove Albion (Inggris) dan Olimpique Marseille (Perancis).

Masalah ajax mulai terlihat sejak kepergian Ten Haag ke Manchester United musim lalu. Plus, barisan skuad musim ini yang makin hijau alias minim pengalaman. Lebih dari 50% pemain Ajax musim ini dihiasi pemain U21. Kepergian Mohammed Kudus ke West Ham dan Dusan Tadic ke Fenerbahce cukup mengurangi kekuatan Ajax. Beruntungnya, Brobbey dan Bergwijn masih bertahan di klub ini. 

Buntut dari rangkaian rekor buruk dalam sejarah modern Ajax ini terjadinya hooliganisme oleh suporter di Liga domestik. Suporter Ajax membuat kekacauan saat laga melawan Feyenord. Suporter merusak properti klub.

Chelsea- Liga  Primer Inggris 

Penurunan performa Chelsea sudah terlihat dimusim lalu saat klub itu hanya bertengger diurutan 12 klasemen akhir. Berpindahnya kepemilikan Chelsea dari tangan konglomerat Rusia, Abramovic turut memengaruhi kondisi klub ini.

Musim ini Chelsea masih terseok-seok di papan tengah klasemen. Chelsea berada diurutan 10 dengan 19 poin hasil dari  5 menang 4 imbang dan 5 kali kekalahan.  The Blues tertinggal 14 poin dari Arsenal di puncak klasemen. 

Saat melawan klub-klub besar, Chelsea hanya mampu menang melawan Tottenham Hotspur. Laga melawan Arsenal, Liverpool dan Manchester Biru hanya berakhir  kalah atau seri saja.

Kondisi skuad Chelsea musim ini mirip kedua klub diatas (Lyon dan Ajax) yang dipenuhi skuad muda. Lebih dari 60% skuad Chelsea diperkuat pemain muda usia di bawah 23 tahun. Mereka masih butuh waktu untuk berkembang.

Bagaimana nasib ketiga klub besar ini di Liga domestik diakhiri musim? Apakah mereka akan mampu meningkatkan performa mereka? Atau akan ada yang bernasib tragis?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun