Aktivis HAM dan PBB seringkali memprotes China atas pelanggaran HAM terhadap Uighur, etnis muslim di wilayah otonomi Xinjiang. Xinjiang terletak di barat laut China yang sebagian besar berupa daerah kering dan bergurun.Â
China dituduh menangkap, mengirim dan menahan ratusan ribu muslim Uighur di kamp-kamp tanpa melalui pengadilan. China juga dituduh mempekerjakan secara paksa muslim Uighur di perkebunan kapas.Â
Di kamp-kamp itu, aparat China dituduh menyiksa muslim Uighur. Sedangkan pihak China menganggap tuduhan itu sebagai tuduhan yang tidak berdasar. China menyebut kamp itu sebagai kamp vokasi atau kejuruan. Kamp itu adalah pusat pelatihan kerja, reedukasi, dan deradikalisasi bagi muslim Uighur yang terpapar ekstrimisme dan separatisme (secara masif merebak sejak 2009).
Selain tindakan penangkapan, Pemerintah Komunis China juga melarang muslim Uighur berpuasa, memakai jilbab dan melarang memberi nama anak anak mereka dengan nama Muhammad.Â
Dari perspektif pemerintah China, mereka menganggap bahwa tindakan-tindakan tersebut merupakan upaya China menyatukan atau mengintegrasikan muslim Uighur ke dalam masyarakat China (yang didominasi etnis Han).Â
Untuk mempercepat asimilasi dan integrasi nasional, pemerintah China menggencarkan program kawin campur (amalgamasi). Â Tujuannya agar muslim Uighur perlahan-lahan meninggalkan kebudayaan dan kebiasaan mereka. Secara etnisitas, muslim Uighur memang lebih dekat dengan suku-suku di Asia Tengah seperti Tajik, Uzbek, Turkmen dan Kazakh. Mereka berbicara dengan bahasa yang mirip bahasa Turki.Â
Program kawin campur kemudian diperkuat di bidang pendidikan. Pemerintah China memberikan kemudahan masuk universitas di Xinjiang bagi anak-anak keturunan kawin campur antara etnis mayoritas Han dan suku minoritas (Uighur).Â
Bagaimana China mengintegrasikan muslim Uighur melalui sepak bola ?Â
Sejak 2009 insiden kekerasan dan separatisme merebak di wilayah Xinjiang. Untuk menjauhkan terpapar separatisme dan radikalisme, banyak anak-anak muslim Uighur usia 7 hingga 14 tahun dikirim ke berbagai akademi sepak bola di berbagai kota di seluruh China. Pada 2016 lalu TIME menulis, salah satu akademi yang menampung anak-anak Uighur adalah sekolah sepak bola R&F di Meizhou, provinsi Guangdong di China Tenggara.Â
Mereka tinggal di asrama dan menjalani pelatihan ekstensif sambil belajar dengan harapan menjadi bagian dari generasi pemain sepak bola hebat berikutnya.Â