Saat ini uang koin atau uang logam nominal Rp 100 dan Rp 200 seperti sudah tidak ada harganya. Ketika kita berjalan kaki tak jarang kita menemui uang logam  tergeletak di jalanan. Jangankan mengambil uang itu, menoleh pun tidak. Uang logam Rp 100, Rp 200 buat apa?
Anak-anak dikasih uang logam buat jajan bakal dibuang. Jangankan nominal 100 perak atau 200 perak, Â nominal 500 dan 1000 perak pun bakal dibuang.Â
"Gak bisa buat jajan yah" Begitu celoteh anak-anak kita.Â
Pak ogah yang di perempatan jalan atau di putaran arah apalagi. Warung pun tidak mau menerima nominal itu, kecuali minimarket dua sejoli, si Aprilmart dan pacarnya.Â
Uang logam yang masih diterima warung hanya Rp 500 dan Rp 1000. Ya lumayan buat beli Aqua gelas. Hehe..Â
Tapi, tahukah Anda? Dulu, ketika uang logam rupiah masih punya taji, masih berjaya, uang logam Rp 100 banyak dipalsukan.Â
Berdasarkan arsip Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team), Surat Kabar Pos Kota sekitar 50 tahun yang lalu mengabadikan peristiwa tentang pemalsuan uang  koin rupiah.Â
Pos Kota terbitan 22 November 1975 itu mencatat, uang koin yang dipalsukan adalah nominal 100 rupiah.Â
Surat kabar itu menampilkan foto uang logam nominal 100 rupiah asli dengan uang rupiah palsu berikut penjelasannya. Uang logam Rp 100 yang asli terasa licin sedangkan yang palsu cetakannya terasa lebih kasar.Â