Mohon tunggu...
ABDUL YAZID
ABDUL YAZID Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tiada daya menolak maksiat, dan tiada kekuatan untuk taat kepada Allah melainkan dengan pertolonganNYA.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keadaan Sedih maupun Bahagia

13 Agustus 2014   20:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:38 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seumpama anak kecil yang menginginkan sesuatu,
maka ia mendatangi orang tuanya
kemudian meminta dengan caranya,
dengan merengek manja, mau pun menangis SEDIH,
berharap mendapat apa yang diinginkannya.

Bila diperoleh apa yang diinginkannya,
ia pun BAHAGIA, sehingga kebahagiaannya terfokus
pada apa yang telah diperolehnya,
sehingga TAK DIPENTINGKAN dan TAK DIPEDULIKANNYA lagi
orang tuanya, sehingga ia larut dalam kebahagiaan itu.

Bila seketika yang telah membuatnya bahagia itu
hilang atau rusak, ia kembali mendatangi orang tuanya,
dengan merengek manja, mau pun menangis sedih
berharap agar orangtuanya menghadirkan kembali
kebahagiaan yang hilang darinya.

Boleh jadi, seumpama itu pula manusia terhadap Tuhan-Nya.
"Datang" dengan sedih, "menjauh" ketika bahagia,
dan "datang" kembali bila kebahagiaan itu hilang darinya.

Tuhan itu mengkehendaki
agar manusia tiada berpaling dariNya,
baik dalam keadaan SEDIH maupun BAHAGIA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun