Mohon tunggu...
Abdul Rojak
Abdul Rojak Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah hiburan, menulis adalah pelepasan ide dan gagasan

ABDUL ROJAK, tinggal di Depok, Jawa Barat, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cerpen Kompas Hari Ini, Dua Karib, Musim Yang Ganas dan Pelajaran Cinta KaryaTrodunahu AR Raffles

17 November 2013   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:02 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua sahabat Karib ini punya pekerjaan yang sama, yang satupetugas Branwir (Kita sering menyebutnya Blangbir), yang satu lagi Relawan banjir.

Dua Karib ini cinta dengan pekerjaannya, tidak seperti kebanyakan orang yang benci dengan pekerjaannya. Kalaupun kebanyakan orang itu bertahan dan tersenyum pahit atas ketidak ikhlasannya dalambekerja, itu hanya terjadi sebulan sekali atau dua bulan sekali, saat akan mendapat gaji bulanan, insentif dan tunjangan. Aku lebih suka menyebut mereka pelacur, yang punya slogan “Kerja Enak, Duit Banyak “. Orang kebanyakan ini menganggap mereka kerja cerdas, tapi aku lebih suka menyebut mereka kerja malas. Tapi persetanlah dengan persepsi. Aku hanya paham satu hal dari wejangan ibuku, bahwa kerja memang capek dan melelahkan, tapi kerja membuat manusia ada dan eksis.

Kembali pada cerita dua karib itu. Si Branwir akhirnya memiliki kecintaan pada pekerjaannya setelah pada suatu hari dia berhasil menyelamatkan seorang anak perempuan yang terjebak kebakaran, walaupun rumah toko (ruko) itu ludes habis terbakar oleh si Jago Merah. “… kupikir pekerjaaninilayak dicintai daripada hanya mengutuk dan mengeluhkan segala sesuatu seperti sikap banyak orang…”demikianucap si Branwir. Sedangkan bagi si Relawan kerja itu dapat ditangkap melalui ucapannya, yaitu “… setiap aku menolong anak kecil atau seorang perempuan, sebenarnya akutengah berhalusinasi sedang menyelamatkan anak dan mantan keluargaku yang karam. Bukankahitu semacammengerami dusta?...”. Suatu sikap yang harus dipilih dan setelah dipilih harus dijalani suka atau tidak suka, dicintai atau dibenci. Maka memilihlah untuk mencintai…

* Penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun