Ada 2 inti dari Ibadah Kurban, yang pertama, memberikan yg terbaik untuk dipersembahkan pada Allah, yang kedua, ikhlas baik dalam niat maupun dalam perbuatan.
MEMBERIKAN YANG TERBAIK HANYA UNTUK ALLAH SWT.
Bermula dari perintah Nabi Adam AS kepada Anak-anaknya, yaitu Habil dan Qobil untuk melakukan kurban mempersembahkan sesuatu terbaik, yang dimiliki mereka hanya untuk Allah SWT. Dan perintah itu pun di terima dengan baik oleh keduanya, dan mereka mematuhinya.
Habil yang berprofesi sebagai penggembala domba, mempersiapkan domba terbaiknya, yang bersih, gemuk dan dewasa untuk dikurbankan kepada Allah SWT, sedangkan Qobil yang berprofesi sebagai Petani buah dan sayur mayur juga mempersiapkan hasil panen yang dimilikinya.
Hanya saja karena Qobil terlalu memperhitungkan untung dan rugi dari persembahannya, maka dia hanya mempersiapkan kurbannya dengan menyediakan buah dan sayur mayurannya yang dalam kondisi yang kurang baik dan akan segera busuk, sedangkan sisanya yang terbaik di bawa pulang untuk dimakan sendiri.
Keduanya kemudian diperintahkan oleh Bapak Adam untuk membawa persembahannya ke atas sebuah bukit dan meletakkannya di sana.
Singkat cerita, pada keesokan harinya, mereka balik lagi ke atas bukit tersebut dan melihat hasilnya. Kurban Habil berupa Domba sudah tidak ada, sebagai tanda diterima dengan baik dan berkenan di hadapan Allah SWT, sedangkan kurban Qobil berupa buah dan sayur mayur masih teronggok tak tersentuh sedikit pun, bahkan kondisinya lebih mengenaskan karena sudah membusuk, tanda persembahannya tidak diterima dengan baik oleh Allah SWT.
Kesimpulannya, Allah SWT hanya menerima Kurban dan persembahan yang terbaik dari umatnya.
IKHLAS DALAM NIAT DAN PERBUATAN
Bermula dari perintah Allah melalui mimpi kepada Nabi Ibrahim AS, agar Nabi Ibrahim AS menyembelih anak kesayangannya yaitu Nabi Ismail AS. Pergulatan dan pertentangan batin pun berkecamuk dalam diri Nabi Ibrahim AS, namun karena rasa cinta dan imannya kepada Allah SWT akhirnya perintah itu pun dibicarakan dengan Nabi Ismail AS.
Singkat cerita, perintah itu disampaikan kepada ananda Nabi Ismail AS, dan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua dan beriman kepada Allah SWT, Nabi Ismail AS pun menyanggupi dan ikhlas dirinya di kurbankan.
Setelah pisau yang akan digunakan untuk menyembelih Nabi Ismail AS diasah tajam, maka ritual kurban pun akan dilaksanakan. Namun saat sisi pisau telah menempel di kulit leher Nabi Ismail AS dan akan ditarik, secepat itu pula, dengan kekuasaan Allah SWT, Nabi Ismail telah di tukar dengan seekor domba dan Nabi Ismail tetap dalam kondisi yang utuh tanpa tergores sedikit pun.
Buah dari keikhlasan dan keimanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, berakhir manis.
*penulis adalah Guru Sejarah SMA Avicenna Cinere
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H