“Hadis Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu.” (HR. al-Bukhari)
Hadist di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hâfiz, sedangkan Aisyah adalah istri Rasulullah saw. Ibn Hajar, memberi komentar terhadap hadis ini dengan mengatakan ini adalah dalil tentang disunnahkannya menggunkan kiasan/sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk masalah-masalah yang dianggap aib. (al-Asqalani).
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan kiasan dalam pembelajaran, yaitu:
1.Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakan keburukannya.
2.Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
3.Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
4.Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
5.Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan.
6.Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
6.Metode memberi kemudahan.
حَدَّثَنَامُحَمَّدُبْنُبَشَّارٍقَالَحَدَّثَنَايَحْيَىبْنُسَعِيدٍقَالَحَدَّثَنَاشُعْبَةُقَالَحَدَّثَنِيأَبُوالتَّيَّاحِعَنْأَنَسِبْنِمَالِكٍعَنْالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَيَسِّرُواوَلاتُعَسِّرُواوَبَشِّرُواوَلاتُنَفِّرُواوكانيحبالتخفيفوالتسريعلىالناس.
“Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ’id katanya hadis Syu’bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada manusia.”(HR. Al-Bukhari)
Hadist di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hâfiz, Anas adalah sahabat Rasul saw. Ibnu Hajar al-Asqalâni mengomentari hadis tersebut dengan mengatakan pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang memiliki kesungguhan dalam belajar, (al-Asqalani) dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan kemampuan si pelajar.
7.Metode perbandingan.
حَدَّثَنَاأَبُوبَكْرِبْنُأَبِيشَيْبَةَحَدَّثَنَاعَبْدُاللَّهِبْنُإِدْرِيسَحوحَدَّثَنَاابْنُنُمَيْرٍحَدَّثَنَاأَبِيوَمُحَمَّدُبْنُبِشْرٍحوحَدَّثَنَايَحْيَىبْنُيَحْيَىأَخْبَرَنَامُوسَىبْنُأَعْيَنَحوحَدَّثَنِيمُحَمَّدُبْنُرَافِعٍحَدَّثَنَاأَبُوأُسَامَةَكُلُّهُمْعَنْإِسْمَعِيلَبْنِأَبِيخَالِدٍحوحَدَّثَنِيمُحَمَّدُبْنُحَاتِمٍوَاللَّفْظُلَهُحَدَّثَنَايَحْيَىبْنُسَعِيدٍحَدَّثَنَاإِسْمَعِيلُحَدَّثَنَاقَيْسٌقَالَسَمِعْتُمُسْتَوْرِدًاأَخَابَنِيفِهْرٍيَقُولُاقَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَوَاللَّهِمَاالدُّنْيَافِيالْآخِرَةِإِلَّامِثْلُمَايَجْعَلُأَحَدُكُمْإِصْبَعَهُهَذِهِوَأَشَارَيَحْيَىبِالسَّبَّابَةِفِيالْيَمِّفَلْيَنْظُرْبِمَتَرْجِعُوَفِيحَدِيثِهِمْجَمِيعًاغَيْرَيَحْيَىسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُذَلِكَوَفِيحَدِيثِأَبِيأُسَامَةَعَنْالْمُسْتَوْرِدِبْنِشَدَّادٍأَخِيبَنِيفِهْرٍوَفِيحَدِيثِهِأَيْضًاقَالَوَأَشَارَإِسْمَعِيلُبِالْإِبْهَامِ
“Hadis Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Abdullah ibn Idris, Hadis ibn Numair, hadis Abi Muhammad ibn Bisyr, hadis Yahya ibn Yahya, khabar dari Musa ibn A’yân, hadis Muhammad ibn Rafi’, hadis Abu Usamah dari Ismail ibn Abi Khalid, hadis Muhammad ibn Hatim dan lafaz darinya, hadis Yahya ibn Sa’id, hadis Ismâil, hadis Qâis katanya aku mendengar Mustaurid saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya ini, beliau menunjuk kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya.” (HR. Muslim)
Makna hadist di atas yaitu pentingnya metode perbandingan dalam pendidikan, sehingga potensi jasmaniah dan rohaniah si pembelajar dapat memahami hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan lainnya.
8.Metode tanya jawab
حَدَّثَنَاقُتَيْبَةُبْنُسَعِيدٍحَدَّثَنَالَيْثٌحوَقَالَقُتَيْبَةُحَدَّثَنَابَكْرٌيَعْنِيابْنَمُضَرَكِلَاهُمَاعَنْابْنِالْهَادِعَنْمُحَمَّدِبْنِإِبْرَاهِيمَعَنْأَبِيسَلَمَةَبْنِعَبْدِالرَّحْمَنِعَنْأَبِيهُرَيْرَةَأَنَّرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَقَالَوَفِيحَدِيثِبَكْرٍأَنَّهُسَمِعَرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُأَرَأَيْتُمْلَوْأَنَّنَهْرًابِبَابِأَحَدِكُمْيَغْتَسِلُمِنْهُكُلَّيَوْمٍخَمْسَمَرَّاتٍهَلْيَبْقَىمِنْدَرَنِهِشَيْءٌقَالُوالَايَبْقَىمِنْدَرَنِهِشَيْءٌقَالَفَذَلِكَمَثَلُالصَّلَوَاتِالْخَمْسِيَمْحُواللَّهُبِهِنَّالْخَطَايَا.
“Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa.” (HR. Muslim)
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.(an-Nahlawi, 1996: 205). Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi.
9.Metode Pengulangan.
حَدَّثَنَامُسَدَّدُبْنُمُسَرْهَدٍحَدَّثَنَايَحْيَىعَنْبَهْزِبْنِحَكِيمٍقَالَحَدَّثَنِيأَبِيعَنْأَبِيهِقَالَسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُوَيْلٌلِلَّذِييُحَدِّثُفَيَكْذِبُلِيُضْحِكَبِهِالْقَوْمَوَيْلٌلَهُوَيْلٌلَهُ.
“Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.” (As-Sijistani).
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
10.Metode demonstrasi
حَدَّثَنَامُحَمَّدُبْنُالْمُثَنَّىقَالَحَدَّثَنَاعَبْدُالْوَهَّابِقَالَحَدَّثَنَاأَيُّوبُعَنْأَبِيقِلَابَةَقَالَحَدَّثَنَامَالِكٌأَتَيْنَاإِلَىالنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَوَنَحْنُشَبَبَةٌمُتَقَارِبُونَفَأَقَمْنَاعِنْدَهُعِشْرِينَيَوْمًاوَلَيْلَةًوَكَانَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَرَحِيمًارَفِيقًافَلَمَّاظَنَّأَنَّاقَدْاشْتَهَيْنَاأَهْلَنَاأَوْقَدْاشْتَقْنَاسَأَلَنَاعَمَّنْتَرَكْنَابَعْدَنَافَأَخْبَرْنَاهُقَالَارْجِعُواإِلَىأَهْلِيكُمْفَأَقِيمُوافِيهِمْوَعَلِّمُوهُمْوَمُرُوهُمْوَذَكَرَأَشْيَاءَأَحْفَظُهَاأَوْلاأَحْفَظُهَاوَصَلُّواكَمَارَأَيْتُمُونِيأُصَلِّي.
“Hadist dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat.” (HR. al-Bukhari)
Hadist di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah kaşir, şiqah şubut. Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya.
Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan benar.
11.Metode eksperimen
حَدَّثَنَاآدَمُقَالَحَدَّثَنَاشُعْبَةُحَدَّثَنَاالْحَكَمُعَنْذَرٍّعَنْسَعِيدِبْنِعَبْدِالرَّحْمَنِبْنِأَبْزَىعَنْأَبِيهِقَالَجَاءَرَجُلٌإِلَىعُمَرَبْنِالْخَطَّابِفَقَالَإِنِّيأَجْنَبْتُفَلَمْأُصِبْالْمَاءَفَقَالَعَمَّارُبْنُيَاسِرٍلِعُمَرَبْنِالْخَطَّابِأَمَاتَذْكُرُأَنَّاكُنَّافِيسَفَرٍأَنَاوَأَنْتَفَأَمَّاأَنْتَفَلَمْتُصَلِّوَأَمَّاأَنَافَتَمَعَّكْتُفَصَلَّيْتُفَذَكَرْتُلِلنَّبِيِّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَقَالَالنَّبِيُّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَإِنَّمَاكَانَيَكْفِيكَهَكَذَافَضَرَبَالنَّبِيُّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَبِكَفَّيْهِالْأَرْضَوَنَفَخَفِيهِمَاثُمَّمَسَحَبِهِمَاوَجْهَهُ
“ Hadist Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah”.(HR. al-Bukhari)
Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani) Sahabat Rasulullah SAW. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
12.Metode pemecahan masalah.
حَدَّثَنَاقُتَيْبَةُبْنُسَعِيدٍحَدَّثَنَاإِسْمَاعِيلُبْنُجَعْفَرٍعَنْعَبْدِاللَّهِبْنِدِينَارٍعَنْابْنِعُمَرَقَالَقَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَإِنَّمِنْالشَّجَرِشَجَرَةًلَايَسْقُطُوَرَقُهَاوَإِنَّهَامَثَلُالْمُسْلِمِفَحَدِّثُونِيمَاهِيَفَوَقَعَالنَّاسُفِيشَجَرِالْبَوَادِيقَالَعَبْدُاللَّهِوَوَقَعَفِينَفْسِيأَنَّهَاالنَّخْلَةُفَاسْتَحْيَيْتُثُمَّقَالُواحَدِّثْنَامَاهِيَيَارَسُولَاللَّهِقَالَهِيَالنَّخْلَةُ.