Beban hidup adalah sebuah kewjaran yang pasti akan dialami setiap manusia manapun dan dimanapun. Beban yang kadang datang tanpa memberikan tanda, beban yang kadang datang tidak tahu kadar kesulitannya. Beban hidup yang kadang menjadi hantu terseram yang pernah ada dibandingkan hantu-hantu yang lain seperti pamper, pocong, kuntilanak atau hantu terseram laiannya.
Beban yang diibaratkan sebuah angka nol yang taka da putusnya. Beban yang sering diibaratkan dengan air yang selalu ada tempat untuk dirinya berada disitu. Yang kemudian orang-orang tidak mau menerima tamu seperti beban-beban itu dengan cara menutup rapat-rapat pintu yang bisa dilalui oleh yang namanya beban.
Tapi... inilah hidup. Yang seperti Islam gambarkan bahwa kehdiupan didunia hanyalah sebuah kesulitan yang dialami, hanyalah sebuah kesengsaran yang dialami, adalah sebuah ujian yang terus didapati, adalah sebuah beban yang terbebani. Inilah dunia.
Menjadi manusia yang terlahir di dunia bukanlah sebuah pilihan seperti halnya manusia memesan sebuah pesanan kepada manusia lain ketika menginginkan sesuatu. Menjadi manusia adalah sebuah takdir yang tertulis jauh sebelum nama manusia itu ada. Akan tetapi sebuah proses mamanuisakan manusia adalah sebuah pilihan bagi semua manusia yang memiliki kesadaran dan piikiran. Maka dari itu kita harus sadar bahwa beban hidup adalah salah satu proses tuhan untuk memanusiakan manusia. Karena seperti yang tuhan bilang dalam kitabnya uman islam, bahwa "Allah mengirimkan sebuah ujian itu sesuai dengan kadar kemampuan hambanya." Bahwa "Allah memberikan kesulitan atas hambanya pasti diiringi dengan kemudahan." Bahwa "Allah memberikan ujian kepada hambanya adalah salah satu cara untuk menaikkan derajat kamanusiannya."
Orang bijak pernah berkata "tidak mungkin manusia bisa menjadi manusia yang luar bias jika tidak berawal dari manusia yang biasa saja, tentunya kecuali manusia yang diutus oleh Tuhannya yakni nabi dan rasul contohnya."
Stokisme yang kemudian hadir kembali setelah beberapa tahun redup kini menjadi solusi yang ampuh bagi kebanyakan orang dewasa ini dalam menghadapi beban kehdipuan yang dialaminya. Soikisme merupakan aliran ilmu filsafat ynani kuno yang didirikan pada periode helnistik.
Stoikisme yang kemudian menawarkan pada orang-orang agar hidup yang dialaminya memiliki ketengan kendatipun ada beban seberat apapun itu. Dari stokisme kita bisa berpikir bahwa hidup kita merupakan hidup yang sepantasnya harus kita sendiri yang bisa membahagiakan dengan versi kita miliki. Inilah prinsip stoikisme itu
1. menerima itu sesuai apa adanya, kemudian selepas itu semua, saat itulah kita mulai bercermin memperbaiki sejauh mana kecacatan yang ada didalam diri kita, sesuai dengan versi diri kita sendiri.
2. Menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang permanen dan selalu menghargai diri.
3. Selalu percaya akan setidak tindakan tanpa ragu.
4. Dan yang terpenting dari itu semua adalah, kita adalah manusiaterbaik dengan tujuan utama kita untuk bahagia dengan cara yang terbaik pula.
Stoikisme mengajarkan manusia untuk hidup yang selayaknya manusia. Mencapai kebahagiaan yang tentunya kebahagiaan versi kita sendiri.
Karena pada dasarnya "manusia terganggu bukan karena hal-hal yang datang pada dirinya, melainkan karena pandangan yang dia ambil dari hal-hal tersebut." Untuk mengurangi rasa kecewa atau ketakutan, dapat dlilakukan dengan membentuk pola berfikir stoikisme, dari dari pola berfikir stoik, kita bisa menjadi manusia yang bijaksana dalam menjalani hidup,.
.
.
.
Maka, marilah kita menjadi manusia yang bijak dalam menjalani hidup dan mengadapi beban hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H