"hahaha... tidak lah. Kamu pikir aku sedang apa memangnya. Aku sedang menikmati hasil tangkapanku, aku sedang tanang"
Cerita ini adalah analogi dari kehidupan kita sekarang. Bahagia orang itu berbeda beda. Bahagia tak bisa diukur dari kaya dan tidak kaya. Bahagia itu perihal hati yang mampu menikmati kehidupan kita tanpa ada kaitannnya dengan ekonomi sama sekali.
Jadi carilah bahagiamu sendiri. Gapai lah bahagiamu sendiri dengan caramu sendiri. Biarkan mereka berkata apapun tentang dirimu.
Karena pada dasarnya. Allah menciptkan manusia itu untuk Bahagia, dengan cara memfasilitasi kehidupannya itu dengan ragam fasilitasnya.
Ibnu Miskawaih menyebutkan bahwa bahagianya seseorang di dalam kehidupan itu terdapat empat level. Keempat level bahagia ini merupakan langkah untuk manusia agar dapat mencapai tingkat kebahagiaan yang hakiki.
Inilah empat level kebahagiaan untuk mencapai kebahagiaan hakiki.
Pertama, kebahagiaan mental dicapai dengan kemampuan memaknai positif setiap keadaan, yang menyenangkan maupun tidak.
Kedua, kebahagiaan intelektual dicapai dengan bertambahnya ilmu dan wawasan yang bermanfaat dalam kehidupan.
Ketiga, kebahagiaan moral dapat mencapainya dengan integritas diri, dedikasi, kesetiaan, pengorbanan, bersedekah, dan hal-hal yang kita berikan.
Keempat, puncak dari kebahagiaan itu adalah kebahagiaan spiritual berupa ketentraman batin, ketiadaan rasa takut dan khawatir lantaran sudah merasa bersatu dengan Allah.
Bagi yang sudah mencapai titik ini, sakit atau sehat, banyak uang atau tidak punya, tidak mempengaruhi kebahagiaannya. Tuh kan, apa saya bilang juga.