Sang murid itu pun membantu para petani itu dengan senang hati sampai semunya selesai dipanen. Singkatnya, pekerjaan itu pun selesai. Lalu sang petani itu pun mengucapkan rasa terimakasihnya dan memberikan sekantong besar berisikan anggur sebagai tanda terimakasinya telah membantu memanen buah anggur itu.
Sang murid pun menerima dengan senang hati dan pamit untuk pulang. Sang murid pulang kerumah gurunya. Sesampainya dia ke rumah gurnya, sang murid itu menghampiri gurunya dan berkata "wahai guruku, lihatlah (sambil memperlihatkan sekantong besar yang berisi anggur) saya mendapatkan anggur setelah saya membantu petani anggur memanen anggur-anggurnya yang masak" jelasnya, sang guru hanya terdiam.
"Inilah bukti bahwa rizki itu dharus dicari dan dijemput agar kita mendapatkannya" timpal sang murid sembari memberikan anggurnya kepada sang guru sebagai bentuk hormat dan takzimnya.
"Benar, kamu mendapatkan anggur (rizki) dengan cara menjemputnya. Dan saya mendapatkan anggur (rizki) tanpa harus menjemput atau membantu para petani itu sepertihalnya dirimu" jelas sang guru.
Keduanya hanya ketawa dan senyum-senyum saja. Memahami, bahwa apa yang disampaikan nya itu membuat dirinya dan sang guru pun paham mengenai rizki.
Cerita ini berkaitan dengan sebuah judul "Keputusanmu... Rasional atau emosional?"
Pada dasranya, keputsan yang diambil baik karena rasionalitas itu sendiri atau karena emosional itu memiliki kelebihan dan kekurang sendiri, memiliki kebaikan dan keburukan itu sendiri, tergantung sudut pandang mengenai permasalah apa sehingga harus mengambil keputusan dari unsur apa. So, pahamilah mengenai suatu hal itu. Sehingga kita bisa paham keputusan yang harus diambil itu akan dari segi rasinalitas atau emosional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H