Mohon tunggu...
Abdul Ghofur
Abdul Ghofur Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penelusur jalan kehidupan, masih mencari makna dan hakikat hidup yang sejati.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Eksistensi Kertas di Era Digital

27 Januari 2018   23:06 Diperbarui: 28 Januari 2018   15:28 3012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku, bukti kertas tetap eksis di zaman now. (dok. pribadi)

Menggagas Kertas Ramah Lingkungan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kertas merupakan barang lembaran dibuat dari bubur rumput, jerami, kayu, dan sebagainya yang biasa ditulisi atau untuk kertas pembungkus dan sebagainya. Kertas juga dapat diartikan bahan yang tipis, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa (wikipedia.org).

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pembuatan kertas berasal dari bahan yang mengandung selulosa, utamanya terdapat pada kayu. Kayu ditebang kemudian dijadikan semacam bubur yang disebut pulp. Pulp adalah hasil pemisahan serat dari tanaman kayu (wood) maupun bukan kayu (nonwood) yang dapat dilakukan secara mekanis maupun kimia. Dari pulp tadi akan diproduksi berbagai jenis kertas dengan kualitasnya masing-masing.

Mengutip data Kementerian Perindustrian, tahun 2016 kapasitas terpasang pabrik pulp di Indonesia mencapai 7,9 juta ton. Kemudian pada tahun 2017, kapasitas terpasang pabrik pulp diproyeksi meningkat 26,5% menjadi sekitar 10 juta ton. Peningkatan kapasitas terpasang di sektor produksi pulp tersebut tentu saja akan berdampak terhadap kebutuhan bahan baku kayu. Tahun 2017 kebutuhan bahan baku akan mencapai 45 juta meter kubik (m3), naik 27,5% ketimbang tahun lalu yang mencapai 35,3 juta m3 (kemenperin.go.id).

Melihat data akan kebutuhan pulp di atas meniscayakan semakin besarnya kebutuhan kayu sebagai bahan dasarnya. Padahal semakin banyak pohon yang ditebang akan berefek pada semakin panasnya suhu bumi yang dikenal dengan pemanasan global (global warming). Hal ini dikarenakan berkurangnya pepohonan hutan yang salah satunya berfungsi sebagai paru-paru dunia yang mendaur karbondioksida yang terlepas di atmosfer bumi. Efek lanjutan dari semakin berkurangnya pepohonan ini akan berdampak secara sistemik terhadap kerusakan lingkungan dan tidak seimbangnya ekosistem.

Melihat konsekuensi akan kebutuhan bahan dasar kertas di atas, maka di zaman now ini diperlukan langkah-langkah bijak agar pemanfaatan kertas minim terhadap eksploitasi hutan secara berlebihan. Di antaranya melalui kegiatan penanaman pohon yang rutin dan optimalisasi hutan produksi untuk memasok kebutuhan kayu. Kemudian diperlukan langkah perbaikan strategi penebangan pohon, sehingga pohon yang ditebang benar-benar sesuai kebutuhan dan tidak asal-asalan.

Di samping itu perlu digagas dan dibudidayakan alternatif bahan pembuat kertas, seperti eceng gondok, daun nanas, batang pisang, kulit singkong, tandan kelapa sawit, dan lainnya yang tentu lebih ramah lingkungan. Maka dari itu diperlukan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam dan mendetail agar bahan-bahan tersebut benar-benar mampu berdaya guna dan mampu diproduksi dalam skala besar. Sehingga sedikit banyak dapat mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan utama pembuatan kertas.

Akhirnya, zaman now dengan internet sebagai salah satu garda terdepannya mau tidak mau tidaklah bisa meninggalkan eksistensi kertas secara mutlak dalam kehidupan sehari-hari. Kertas telah menjelma sebagai kebutuhan dasar bagi manusia. Dan yang terpenting adalah bahwa dalam produksi kertas perlu ramah dan bersahabat terhadap lingkungan. Juga diperlukan kebijaksanaan dalam pemanfaatannya, sehingga terhindar dari pemborosan. Berkenaan dengan hal ini, semua pihak hendaknya bersinergi untuk bersama mengkampanyekan tentang pemanfaatan kertas yang ramah lingkungan melalui segala media dan saluran tersedia demi terwujudnya lingkungan yang baik dan sehat. Semoga.

Tulisan juga dapat disimak di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun