Mohon tunggu...
Abdul Ghofur
Abdul Ghofur Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penelusur jalan kehidupan, masih mencari makna dan hakikat hidup yang sejati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Ibu di Zaman "Now"

22 Desember 2017   10:21 Diperbarui: 22 Desember 2017   15:55 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang disampaikan Ibu Giwo layak untuk dijadikan perenungan bersama. Bahwasanya momentum Hari Ibu merupakan nostalgia untuk sejenak mengingat kembali perjuangan para perempuan Indonesia. Setelah mengingat, maka langkah selanjutnya adalah berefleksi diri untuk memastikan para ibu Indonesia telah mampu mengisi kemerdekaan dengan menggunakan hak dan kewajiban sebaik-baiknya.  

Ibu di Era Digital

Zaman telah berubah, musim telah berganti, sosok ibu yang dulu harus mampu beradaptasi menjadi ibu masa kini. Era digital dengan internet sebagai garda terdepannya mengharuskan para ibu masa kini untuk mampu beradaptasi dengan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin modern. Perjuangan tidak lagi mengangkat senjata melawan penjajah, namun melawan derasnya arus globalisasi yang kian mengganas, siap melumat siapapun yang tidak awas.

Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter (baca: pengguna internet) Indonesia bakal mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban. Secara keseluruhan, jumlah pengguna internet di seluruh dunia diproyeksikan bakal mencapai 3 miliar orang pada 2015. Tiga tahun setelahnya, pada 2018, diperkirakan sebanyak 3,6 miliar manusia di bumi bakal mengakses internet setidaknya sekali tiap satu bulan (kominfo.go.id). Melihat data tersebut seakan mengesahkan bahwa dunia telah memasuki era tanpa batas dengan adanya internet.

Pada momen peringatan Hari Ibu ini, seyogyanya dijadikan momen bagi para ibu untuk memantaskan diri menyambut masa depan bangsa di era digital. Di tangan para ibulah generasi emas masa depan bangsa terukir. Dalam Islam dikenal istilah Al-ummu madrasatul ula, iza a'dadtaha a'dadta sya'ban thayyibal a'raq, ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. Ibu merupakan sekolah pertama dan utama bagi anak, dari ibulah seorang anak pertama kalinya berkenalan dan mengenali dunia.

Maka dari itu menjadi sebuah keharusan ibu di era digital perlu mempersiapkan bekal yang berbeda dengan ibu-ibu terdahulu. Di antara bekal tersebut, pertama, pemahaman agama yang kuat, merupakan hal yang tidak dipungkiri bahwa norma agama menjadi bagian penting agar di era digital tidak mudah terjerumus pada hal yang negatif. Melalui kompas agama, seorang ibu akan dipandu tentang suatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, sesuatu yang baik dan buruk, sesuatu yang beradab dan tidak beradab, dan lainnya. Melalui kompas ini, ibu akan selalu diarahkan pada rel mana yang seharusnya dilalui.

Kedua, melek teknologi, sebuah keniscayaan bahwa ibu di era digital harus berdekatan dan tidak gagap teknologi. Sedikit banyak perlu mengetahui tentang berbagai aplikasi dan fitur pada gadget. Sehingga memiliki kemampuan untuk filter dan pengawasan terhadap anak. Dan yang terpenting ibu perlu mendampingi dan membatasi penggunaan gadget pada anak, tidak melarang dengan mutlak tetapi berusaha memanfaatkan sisi positif gadget yang bisa dimaksimalkan.

Ketiga, aktif bermasyarakat, selain komunikasi melalui gadget dengan akses media sosial. Para ibu hendaknya aktif bersosialisasi dengan masyarakat. Aktif mengikuti kegiatan PKK, arisan, pertemuan RT, pelatihan mendidik anak, dan komunitas lain sesuai ketertarikan ibu. Melalui aktivitas tersebut berguna untuk membangun kepekaan sosial ibu yang nanti akan diwariskan kepada anaknya. Hal demikian untuk meminimalisir ungkapan di masyarakat, bahwa gadget mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.\

Setidaknya melalui tiga bekal tersebut, seorang ibu akan mampu menjalankan perannya sebagai ibu di era digital. Memiliki pemahaman agama yang mumpuni, menguasai teknologi, dan tidak mengabaikan peran sosialnya di masyarakat, ibu dari generasi yang lahir ketika teknologi telah mencapai puncaknya. Jika tidak hati-hati mendidik anak di era ini, maka teknologi akan menjadi bumerang bagi generasi masa depan, alih-alih ingin mewujudakn generasi emas, namun malah tercipta generasi yang inginnya serba cepat dan instan.

Akhirnya, momen Hari Ibu ini agar dimaknai secara kaffah oleh semua masyarakat. Semua pihak hendaknya bersinergi untuk turut andil dalam mewujudkan fungsi dan peran ibu yang semakin berat di era digital, apresiasi beratnya perjuangan seorang ibu tergambarkan dalam sebuah ungkapan Al jannatu tahta aqdaamil ummahaat, bahwa surga itu berada di bawah telapak kaki ibu. Melalui segala saluran yang tersedia, ibu perlu selalu didorong untuk menjadi ibu yang benar-benar mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun