Mohon tunggu...
Abdul Basid
Abdul Basid Mohon Tunggu... -

Kota Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Budaya Dijajakan di Kaki Lima

26 Maret 2015   09:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:59 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memang sudah bejat, tidak bermoral lagi bangsa ini,....hmmmm
"Tidak heran bila negara tetangga ingin mengembangkan Reog untuk negaranya, sedangkan di negerinya sendiri ada yang caci karena tidak islami."


"Kuda lumping dianggap sesat karena makan beling, sementara mereka tidak eling kalau mereka membutuhkan uang beberapa keping untuk sekedar makan karena capek berkeliling".


"Pantesan pagelaran Siswo Budoyo sudah tak pernah terliat lagi. Saya juga sudah tidak bisa nonton lagi di TV, ternyata telah dijual oleh bangsanya sendiri.


Kok gak ada yang tangkap dia ya,.....? kehidupan kota itu begitu egois, nafsi-nafsi, tak peduli dengan budaya adiluhung bangsa. Generasi muda lebih bangga dengan budaya import dibanding mencintai budaya bangsanya sendiri. Kemudian nular ke desa-desa,......Bangsa yang aneh",


Jangan-jangan, para dalang wayang kulit pun harus mengolah lumping wayangnya yang tidak laku "ditanggap" oleh masyarakat. Di cacah, di rendam dan di goreng, jadi Kerupuk Wayang Kulit."


"Huuuuh,.......piye iki,...?", Doel sambil menghela nafas setelah panjang ngedumel sendiri dalam perjalanannya beserta rombongan,..


"Ada apa Doel,.....?", tanya Mas Budi. Beliau adalah orang yang memiliki sopan santun, dan menghargai betul kebudayaan bangsa. Orang kota ning perilakunya ngalim banget tapi ya ga kampungan.


"Itu.....kebudayaan kita kok dijajakan di pinggir jalan, Mas.", jawab Doel.
"Saya sebagai masyarakat yang cinta kebudayaan, nangis mas,.......ngregel, sakitnya tuuh disini", doel sambil nunjuk kepala.


"Kuda Lumping tadi ya,.......?", tanya Mas Budi. "Bukan,.....", jawab Doel.


"Kethoprak Mas Budi,.........yang didorong dan mangkal di pinggir jalan', jawab Doel polos.
"ooh itu,......itu makanan doel, kebetulan namanya sama dengan kesenian Kethoprak. Lontong atau ketupat, diberi sayur, bihun dan tahu terus dikucuri sambil kacang. ....Enak doel," Mas Budi menerangkan sambil senyum.


"Hehehe,.....salah ya Mas Budi", doel tersipu malu karena salah menafsiri Kethoprak.
(celtoteh doel zemprull)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun