Mohon tunggu...
Abdul Aziz
Abdul Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

manusia normal yang rajin dan suka menabung

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mengintip Kehidupan dan Karya Sastrawan Terkemuka, Danarto dalam Pekan Kebudayaan Nasional

30 Oktober 2023   19:32 Diperbarui: 30 Oktober 2023   19:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki sejumlah sastrawan yang telah meninggalkan warisan sastra yang tak terlupakan. Salah satu di antaranya adalah Danarto, seorang seniman serba bisa yang mengukir namanya dalam dunia sastra, seni rupa, teater, dan banyak bidang seni lainnya. Lahir pada tanggal 27 Juni 1940 di Sragen, Jawa Tengah, Danarto adalah anak keempat dari lima bersaudara, dengan ayah bernama Jakio Harjodinomo dan ibu bernama Siti Aminah. Pendidikannya dimulai di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta dengan jurusan Seni Lukis. Namun, perjalanan pendidikannya tidak berhenti di situ.

Setelah menyelesaikan Sekolah Dasar di Sragen pada tahun 1954 dan Sekolah Menengah Pertama di Sragen pada tahun 1958, Danarto melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas di Solo dengan fokus pada bidang sastra. Namun, semangat eksplorasi seninya mendorongnya untuk pindah ke ASRI Yogyakarta dari tahun 1958 hingga 1961. Perlu dicatat bahwa pada masa itu, ASRI masih menerima lulusan SMP, dan kemudian berubah menjadi Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI), yang setara dengan SMA.

Prestasinya tidak hanya terbatas di dalam negeri. Pada tahun 1976, Danarto mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika Serikat, memperluas pengalaman dan pengetahuannya dalam dunia sastra.

Namanya mencuat sebagai seorang inovator dalam dunia sastra. Perubahan yang ia terapkan dalam karyanya tidak hanya berfokus pada tema, tetapi juga pada cara penyajiannya. Dalam cerita-cerita pendeknya, ia memadukan unsur-unsur puisi, musik, dan seni lukis, menciptakan efek yang bersifat puitis, musikal, dan dekoratif dalam karyanya.

Selain dimensi seni, karya-karyanya juga meresapi muatan moral patheistis, yang meyakini bahwa segala sesuatu merupakan manifestasi Tuhan. Ia berhasil menggabungkan berbagai sumber cerita dalam karyanya, menciptakan metafora spiritualitas dengan daya imajinasi yang luar biasa dan dinamika yang memikat.

Selain sastra, Danarto juga aktif dalam dunia teater. Ia terlibat dalam berbagai pertunjukan, baik sebagai penata pentas maupun dalam penampilan tari. Daftar pertunjukan yang melibatkan namanya mencakup Bengkel Teater Rendra, Teater Kecil Arifin C. Noer, pementasan-pementasan Ikranegara, dan pagelaran tari oleh Sardono W. Kusumo.

Puncak pencapaiannya adalah saat ia melakukan tur Eropa bersama Sardono dengan pertunjukan tari berjudul "Dongeng Dari Dirah" sebagai bagian dari Festival Fantastique pada tahun 1974. Selain itu, ia juga pernah mengunjungi Osaka, Jepang, untuk mengikuti Expo '70, serta berpartisipasi dalam International Poetry Reading di Rotterdam pada tahun 1983.

Keberbakatannya juga merambah ke dunia seni lukis. Selama tahun 1959 hingga 1964, ia menjadi anggota Sanggar Bambu, sebuah wadah seni yang ia dirikan bersama dengan Soenarto Pr, Mulyadi W., Syahwil, Handogo, dan Wardoyo. Bersama mereka, Sanggar Bambu menggelar berbagai pameran seni yang meliputi lukisan, seni rupa, teater, musik, dan tari.

Namun, perjalanan hidup Danarto punya tragedi yang tak terlupakan. Pada tanggal 10 April 2018, dalam usia 77 tahun, Danarto meninggal dunia setelah mengalami kecelakaan. Ia tertabrak sepeda motor ketika sedang menyeberang jalan di Kampung Utan, Ciputat. Selama hidupnya, ia memiliki impian untuk mengunjungi makam ibunya di Sragen, Jawa Tengah, namun sayangnya, impian itu tidak terwujud sebelum ia berpulang.

Warisan seni Danarto tetap hidup dan dihargai. Pada tanggal 23 Oktober 2023, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional dari tanggal 20 hingga 28 Oktober 2023. Acara ini termasuk pameran khusus yang didedikasikan untuk Danarto. Karya-karya Danarto dan rekan-rekannya, termasuk puisi, cerpen, dan lainnya, dipamerkan untuk dikenal oleh pengunjung. Pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan karya-karya mereka kepada masyarakat luas, dan berhasil menarik minat besar dari kalangan mahasiswa dan dosen yang tergabung dalam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Danarto adalah salah satu tokoh berpengaruh dalam dunia seni dan sastra Indonesia, dan warisannya akan terus menginspirasi generasi-generasi masa depan. Keberagamannya dalam seni mencerminkan semangat eksplorasi dan eksperimen, menunjukkan bahwa seni adalah sarana ekspresi yang tak terbatas, dan karya-karya indah dapat tercipta ketika seniman mengikuti intuisi dan kreativitas mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun