Mohon tunggu...
Abdul Fikar Khajar
Abdul Fikar Khajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Semarang

Orang yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu, orang yang tidak tahu kalau dirinya tahu, orang yang tahu kalau dirinya tidak tahu, dan orang tahu kalau dirinya tahu (Abu Hamid al-Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dari Merdeka hingga Pergolakan Berdarah

27 November 2021   15:15 Diperbarui: 27 November 2021   15:19 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Indonesia merupakan negara yang secara resmi berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah melalui perjalanan berliku sebagai bangsa yang telah lama dijajah oleh bangsa asing, langkah menuju kedaulatan sejati benar-benart terwujud sejak hari tersebut. Untuk mendapatkan kemerdekaan itu bukanlah sebuah hal yang mudah, masyarakat pribumi melalui para pemuda-pemudinya yang cerdas telah menggagas berdirinya suatu negara yang merepresentasikan warga bumiputera di kancah internasional telah ada sejak lama, tepatnya pada saat sumpah pemuda terselenggara, di mana pada saat itu ide tentang pembentukan negara Indonesia telah timbul di benak para penggagas awal berdirinya negeri ini. 

Tahun 1945, merupakan periode paling krusial bagi founding fathers Indonesia. Di samping perjuangan melalui organisasi-organisasi pergerakan nasional. menyerahnya Jepang pada pihak sekutu dalam pertempuran di Asia Timur Raya juga menandai titik awal munculnya gerakan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa itu dilatarbelakangi oleh adanya serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat yang mengakibatkan dua kota di Jepang luluh lantah di antaranya, Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan tiga hari sesudahnya giliran kota Nagasaki yang mendapatkan serangan dari skema militer yang sama. Dua serangan itu membuat Jepang mengambil langkah mundur dari teater PD jilid ke-2.

Terjadinya peristiwa itu telah membuat cita-cita bangsa Indonesia untuk merealisasikan berdirinya negara kian mendekati kenyataan. Setelah peristiwa tersebut terjadi, dengan cepat berita kekalahan Jepang dalam teater perang Asia Pasifik mulai menyebar luas hingga sampai ke telinga para pemuda di Hindia Belanda. Salah satu pemuda yang berhasil memperoleh berita tersebut adalah Sutan Syahrir. lantas dengan cepat pula golongan pemuda yang diwakili oleh Syahrir bergegas menemui golongan tua untuk memberitahu tentang kemenangan sekutu serta melakukan pendekatan kepada Sukarno agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. 

Awalnya, Sukarno memang menolak usulan itu, hal ini dikarenakan  sebelumnya Jepang telah menyatakan janji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945. golongan muda yang semakin yakin akan gagasannya, lalu berusaha mencari alternatif lain agar golongan tua mau menerima usulan dari mereka. Hingga setelahnya, mereka sepakat atas  ide untuk mengasingkan Sukarno ke sebuah tempat bernama Rengasdengklok. Hal tersebut tidak dilakukan untuk mengintimidasi Sukarno namun lebih mengajak dan meyakinkan agar segera melaksanakan kemerdekaan Indonesia sebab golongan muda yakin bila ini adalah momentum paling tepat untuk melepaskan diri dari cengkraman imperialisme asing. 

Setelah berhasil meyakinkan usulannya tersebut, pada keesokan harinya, rombongan Sukarno kemhali ke Jakarta untuk  mempersiapkan kelengkapan yang dibutuhkan untuk menunjang jalannya prosesi kemerdekaan Indonesia. Meskipun sempat mengalami hambatan di tengah-tengah penyelenggaraannya, tetapi hari yang paling didambakan oleh kaum republik berhasil terwujud setelah Sukarno membacakan teks proklamasi yang menjadi tanda dimulainya perjuangan mempertahankan kemerdekaan serta menjadi awal dimulainya panggung diplomasi bagi pemerintahan Indonesia.

Di awal-awal masa kemerdekaan, para pemimpin dari kaum republik sibuk dalam mengurusi pemebentukan alat-alat perlengkapan negara. berita mengenai kemerdekaan pun juga ikut disebarluaskan, meskipun belum sampai ke pelosok negeri, namun berkat pemberitaan tersebut membuat semangat revolusi di berbagai daerah di Indonesia mulai berkobar, khususnya di wilayah perkotaan.

Usaha untuk mengisi kemerdekaan tidak hanya dilakukan dengan menyebarkan pamflet, koran, pemberitaan lewat radio saja, di lain sisi para pejuang kemerdekaan juga melakukan perampasan senjata para serdadu Jepang yang masih tinggal di Indonesia. hal ini dilakukan di masa periode awal kemerdekaan Indonesia di mana para kaum republik telah merasa berhak untuk mengatur dan mengelola segala sesuatu yang ada di negerinya. Tidak jarang pelucutan senjata yang dilakukan tersebut menimbulkan perlawanan fisik dari tentara Jepang yang tidak terima atas perlakuan yang mereka terima. Jepang meyakini penyerahan senjata kepada lawan adalah hal yang memalukan. 

Drama perang semakin menjadi-jadi setelah Indonesia kedatangan tamu baru yang akan menjadi musuh bagi Indonesia berikutnya. Hanya berselang satu bulan, sukacita rakyat menyambut kemerdekaan yang diraih sirna begitu saja setelah Sekutu berhasil mendaratkan diri di Indonesia. Memang, kedatangan mereka awalnya sempat disambut baik oleh segenap rakyat Indonesia. 

Pada tanggal 15 Agustus 1945, untuk pertama kalinya tentara Inggris yang merupakan bagian dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang di Indonesia. mereka datang dengan menyatakan diri sebagai pasukan sekutu yang hendak membebaskan para interniran Eropa (Belanda) dan melucuti senjata Jepang yang masih tersisa saat itu. 

Akan tetapi, kehadiran mereka  sejatinya tidak hanya mengemban misi itu, sebaliknya terdapat maksud terselubung di belakang kedatangan mereka. Hal itu dapat dilihat dari fakta bahwa Inggris dengan Belanda sebelumnya telah mengadakan perjanjian tentang penyerahan kembali Hindia timur ke tangan melalui Perjanjian Postdam. Dan benar saja, setelah sekutu tiba di Indonesia pasukan lain berdatangan membuntuti mereka. Adapun satuan militer tersebut adalah NICA (Netherlands Indies Civil Administration). 

 Rakyat Indonesia yang merasa dikhianati oleh Sekutu, menolak untuk bersikap koperatif lagi dengan sekutu. Justru, atas tindakan yang dilakukannya itu memicu gejolak luar biasa dari para rakyat Indonesia hingga menyebabkan terjadinya konfrontasi militer antara kaum republik dengan sekutu. Pergolakan yang terjadi itu berlangsung di beberapa kota besar di Indonesia. Di Surabaya, pertempuran dilatarbelakangi dengan insiden yang terjadi Hotel Yamato. 

Peristiwa tersebut  diawali oleh arogansi tentara Belanda yang dengan sengaja mengibarkan bendera mereka. Hal itu pun menuai kemarahan di antara kaum republik di Surabaya hingga berujung pada meletusnya pertempuran di Surabaya. Di Semarang terjadi hal serupa, namun pertikaian yang muncul terjadi antara para pejuang melawan tentara Jepang yang dipicu oleh sebuah sentimen. 

Pertempuran juga terjadi di daerah-daerah lain seperti Magelang, Ambarawa, Yogyakarta dan lain-lain yang menjadi bukti bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia lebih sulit dari yang dibayangkan. Indonesia yang damai berubah menjadi arena pertempuran paling bersejarah dalam kacamata bangsa Indonesia. setidaknya peristiwa-peristiwa perang yang berlangsung tersebut terjadi selama periode antara 1945 hingga 1950-an awal yang terhitung sejak kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun