Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tantangan Alam dalam Berhaji, Catatan Perjalanan Haji 2024 (Bagian 6)

2 Agustus 2024   21:06 Diperbarui: 2 Agustus 2024   21:08 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu saya tidak sedang di TKP. Saya sedang berada di atas mobil dalam perjalanan menghadiri undangan jamuan makan malam dari seorang rekan mukimin.  Tapi saya tidak sampai hati  untuk meneruskan perjalanan itu dan kemudian meminta supir agar putar balik dan membawa saya ke pemberhentian bus shalawat dan langsung menuju ke TKP. Di TKP saya sudah tidak mendapatkan teman yang pingsan tersebut.

Dengan nafas masih ngos-ngosan, saya lansung diajak oleh teman-teman jamaah lain yang sedari tadi menunggu saya untuk menyusulnya. Berdasarkan info yang didapat ia sedang dibawa ke RS darurat di dekat Masjidil Haram. Kami pun bergegas menuju rumah sakit yang berada di Lantai dasar As-Shofwah Tower tersebut. Namun ternyata tidak ada satu orang Indonesia pun yang sedang dirawat di sana. Kami pun kemudian mencari info melalui tim kesehatan kloter. Dari Tim kesehatan kloter didapatkan info bahwa ia dirawat di klinik darurat di dalam Masjidil Haram yang berada di pintu 88. Kami pun dengan segera meluncur ke sana. Waktu itu sekitar pukul 23.00 WAS.

Di klinik darurat tersebut saya mendapatkan 3 orang petugas. 1 orang petugas medis pria yang dari wajah, perawakan dan aksen bahasa  Arabnya mengindikasikan orang Saudi. 1 orang wanita yang dari dress codenya terlihat sebagai perawat dan dari wajahnya sepertinya orang India. 1 orang petugas bagian dorong  pasien asal Banglades.

Berdasarkan hasil cek petugas dengan perlengkapan yang ada di situ, kondisi pasien baik. Petugas medis pria meminta saya untuk membawa pulang pasien. Namun dengan pembacaan awam, saya melihat pasien belum bisa diajak pulang. Ia belum merespon interaksi dengan kita dan terlihat seperti orang tidur pulas. Saya sampaikan kepada petugas bahwa  kita sedang menunggu petugas kesehatan kloter untuk memastikan kondisi pasien sebelum dibawa pulang ke hotel.

Kecurigaan bahwa pasien tidak baik-baik saja dan membutuhkan penanganan yang lebih memadai mulai hinggap di kepala saya ketika Tim kesehatan kloter datang dan memeriksa pasien. Tim kesehatan kloter menyimpulkan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran signifikan. Ketegangan mulai menyelimut wajah-wajah yang ada ketika kepala klinik hadir dan mempertanyakan mengapa pasien cukup lama berada di klinik dan tidak segera dirujuk ke rumah sakit. Kepala klinik yang seorang dokter perempuan tersebut terlihat terlibat diskusi serious dengan petugas lainnya. Akhirnya teman kami dirujuk ke rumah sakit darurat di dekat tower Zamzam. 

Setelah mendapat pemeriksaan CT scan kemudian dirujuk lagi ke rumah sakit An-Nur di Mina. Qodarallah ternyata ia harus menjemput takdirnya, karena setelah upaya perawatan kondisinya tidak kunjung membaik hingga waktu kepulangan. Ia pun dipulangkan ke tanah air  bersama kloter secara darurat dan ketika turun di bandara Adi Sumarmo Solo, langsung dibawa ke rumah sakit. Hanya sehari semalam berada di rumah sakit, ia menjumpai ajalnya. Ia diwafatkan oleh Allah dengan wafat yang suci setelah perjalanan ketaatan kepada Allah SWT.

Perjalanan haji memang bukan perjalanan ringan, inilah yang harus disadari oleh setiap muslim. Oleh karenanya persiapan fisik menjadi bagian dari ikhtiar yang sangat penting. Beratnya tantangan ketika menjalankan ibadah haji harus dimaknai sebagai wasilah yang dihadirkan oleh Allah untuk menggugurkan dosa-dosa kita dan mendatangkan pahala yang berlipat-lipat. Ketika di antara jamaah ada yang mengeluh, maka saling mengingatkan dengan ungkapan " Haji itu memang berat, pahalanya saja sangat besar, masak meraih pahala besar tidak ada tantanganya???"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun