Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akankah Negeri ini Hancur? Pelajaran dari Negeri Saba'

23 Desember 2020   08:48 Diperbarui: 23 Desember 2020   08:56 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun  sejarah sekularisme modern muncul di Barat dan dalam konteks agama Nasrani ketika itu, tetapi lambat-laun gelombang sekularisme juga melanda dunia Islam. Inilah yang disinyalir oleh Nabi bahwa umat ini akan mengikuti sunnah umat sebelumnya sejengkal demi sejengkal.

Dari realitas yang kita saksikan dan kita rasakan, paham sekular juga menjangkit bangsa ini, seperti banyaknya seruan untuk memilih pemimpin tanpa mempertimbangkan agama, parameter kemajuan dan keberhasilan kepemimpinan selalu diukur dari aspek fisik seperti pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan apa yang bisa dilihat secara kasat mata. Adanya upaya mendelegitimasi partai-partai berbasis agama, memarjinalkan peran ulama, bahkan syiar agama di ruang publik diupayakan untuk dihilangkan.

Selain dalam paham bernegara, materialisme telah meracuni kehidupan sosial masyarakat kita. Materialisme merupakan salah satu penyakit sosial yang dikhawatirkan oleh Nabi saw menimpa umat ini. Beliau bersabda:

.

Tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian. Akan tetapi aku khawatirkan dibentangkan dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan pada umat sebelum kalian maka mereka berlomba-lomba dalam urusan dunia, maka hal itu akan membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka. 

Dalam realitas kehidupan sehari-hari, materialisme dapat dilihat dalam fenomena kehidupan manusia yang mengutamakan kebutuhan dan kepuasan fisik dan materi, dan mengabaikan nilai-nilai rohani dan spiritual.  Tidaklah berlebihan kalau kita mengatakan bahwa masyarakat modern termasuk di negeri ini adalah masyarakat yang telah dikuasai oleh materialisme. Fenomena kehidupan yang serba glamour atau mewah baik dalam hal pakaian, rumah, dan kendaraan adalah salah satu bentuk  materialisme dalam kehidupan masyarakat kita.

Umumnya masyarakat menilai kesuksesan seseorang dari aspek pencapaian materinya. Pekerjaan dengan gaji besar, rumah yang memadai, kendaraan bagus dan penampilan fisik yang mewah. Tayangan televisi didominasi oleh tayangan yang memamerkan kehidupan hura-hura dan kemewahan.

Sebuah penelitian di Amerika yang dipublikasikan oleh Association of Consumer research menyimpulkan bahwa pengaruh televisi sangat besar terhadap terjangkitnya materialisme. Semakin sering orang menonton tv maka ia semakin cenderung materialistis. 

Susahnya memberantas korupsi di negeri yang berketuhanan ini dan yang mayoritas penduduknya beragama Islam, merupakan tanda bahwa bangsa ini telah berada di bawah tirani materialisme. Bahkan tampilnya seseorang menjadi pemimpin di negeri ini kebanyakan karena faktor materi daripada kecakapan dan kemampuan untuk memimpin. Untuk menjadi pemimpin membutuhkan dana yang besar untuk meraup dukungan rakyat. Konon untuk menjadi seorang bupati atau walikota membutuhkan biaya minimal 25 milyar, dan untuk menjadi seorang gubernur membutuhkan dana minimal 100 milyar.

Pola pikir materialisme bahkan telah berubah menjadi penyakit wahn (hedonism), yaitu penyakit memuja kepuasan materi duniawi. Suatu bangsa yang terjangkit penyakit ini, maka pemimpinnya banyak yang korup, pengusahanya banyak yang menyuap, ulama dan ilmuannya banyak yang menjilat, dan bahkan rakyatnya menjadi pemeras. Dan pada akhirnya tirani materialisme akan membawa bangsa dan umat pada kehancuran.

Jika ibrah atau pelajarn yang dihadirkan oleh Al-Qur'an melalui kisah-kisah umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah tidak menjadi kesadaran kolektif bangsa ini, maka kekhawatiran tersebut tidak mustahil menjadi kenyataan. Belumlah terlambat untuk memperbaiki kondisi yang mengkhawatirkan ini, dan itu akan mudah dilakukan jika kesadaran dan ikhtiar yang sungguh-sungguh dimiliki oleh para pemimpin dan politisi, para ulama dan cerdik pandai, serta para pengusaha pemegang kapital. Adapun rakyat, akan mengikuti para pembesarnya. Wallahu a'lam bi as-sahawab.       

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun