" Most of the succsessful people I'v known are the ones who do more listening than talking"
 " Kebanyakan orang sukses yang saya ketahui adalah orang yang lebih banyak mendengar daripada berbicara"Â
Ungkapan di atas pernah disampsikan oleh salah satu ekonom dan pebisnis sukses Amerika yang menjadi penasihat presiden Woodrow Wilson dan Franklin D. Roosevelt, yaitu Bernard M. Baruch.Â
Manusia sendiri diciptakan oleh Allah dengan dua telinga dan satu mulut. Ini mengindikasikan agar manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Namun faktanya banyak orang yang lebih sering berbicara kepada orang lain daripada mendengarkan pembicaraan orang lain.Â
Bahkan ada orang yang selalu ingin mengendalikan orang lain, menguasai pembicaraan dan tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk menyelanya. Akibatnya bukan kelebihan yang yang dikesan oleh orang lain, justru dengan banyak bicara akan menunjukkan berbagai kukurangan diri.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center dan diterbitkan di jurnal Nature Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang banyak bicara cenderung lebih sedikit tahu namun merasa lebih banyak tahu.Â
Terlalu banyak bicara, istilah Arabnya fudhul al kalam, perpotensi membuat seseorang tergelincir dalam omongan.Â
Mengapa kita perlu banyak mendengar daripada berbicara?Â
Ada banyak hal yang luar biasa yang datang dari kemampuan dan kemauan seseorang untuk terbiasa banyak mendengar. Namun hal ini tidak disadari oleh banyak orang.Â
Menambah Asupan Ilmu dan WawasanÂ
Mendengar adalah mendapatkan informasi. Orang yang mau me dengar ia sedang menerima informasi. Orang yang lebih sering mendengarkan orang lain, maka ia lebih banyak mendapatkan ilmu dan wawasan. Sehingga ketika ia berbicara bicaranya tidak tong kosong tapi penuh makna. Siapa yang memiliki kemampuan mendengar yang baik maka ia akan memiliki kemampuan berbicara yang baik pula.Â
Alquran juga memuji orang-orang yang mau mendengarkan perkatan-perkataan dan mengambil yang terbaik darinya. (QS. Az Zumar:18)Â
Mendapat Kepercayaan Orang LainÂ
Kepercayaan adalah satu hal termahal yang kita dapatkan dalam kehidupan ini.Â
Dalam hubungan apa pun kepercayaan menjadi hal utama yang harus ada. Dalam hubungan pertemanan, pekerjaan, bisnis, politik dan lain sebagainya, hilangnya kepercayaan adalah rusaknya hubungan.Â
Kesuksesan seseorang dalam bidang apa pun mustahil terwujud tanpa mendapat kepercayaan dari orang lain.Â
Orang yang mampu mendengarkan orang lain ia berpeluang besar mendapat kepercayaan dari orang lain. Ketika kita berbisnis dan kita senantiasa memberi ruang kepada rekan bisnis atau pelanggan kita untuk berbicara tentang apa saja, dan kita menjadi pendengar yang baik baginya, maka rekan bisnis atau pelanggan kita merasa nyaman dan dihormati sehingga mereka pun nyaman menjadi rekan bisnis atau pelanggan kita.Â
Dokter yang disukai oleh pasien tentu dokter yang baik dalam mendengarkan keluhan pasien. Guru yang disukai oleh murid tentu guru yang mampu menjadi pendengar yang baik terhadap keluh-kesah dan berbagai curhatan murid. Demikian pula pemimpin yang disukai oleh anak buah adalah pemimpin yang mau mendengarkan anak buahnya.
Para pelaku di bidang hubungan kemasyarakatan mengungkapkan bahwa rahasia keberhasilan mereka membangun hubungan yang baik dengan orang-orang besar adalah kemampuan mendengarkan mereka dengan baik saat mereka berbicara.Â
Membangun Komunikasi yang SehatÂ
Banyak orang yang hanya melihat komunikasi itu dari sisi berbicara. Padahal komunikasi itu sejatinya adalah seni untuk mendengar dan berbicara.Â
Komunikasi yang sehat adalah komunikasi yang terjadi dua arah, dalam suasana yang hangat dan saling memahami. Hal itu akan terjadi jika kita mendengarkan lawan bicara dengan penuh perhatian. Karena apa yang kita ucapkan berasal dari data yang masuk dan dikelola oleh hati dan pikiran. Ketika data yang masuk tidak lengkap, maka yang keluar dari mulut kita akan menimbulkan kesalahpahaman.Â
Rasululah saw adalah teladan terbaik dalam berkomunikasi. Rahasia keberhasilan beliau dalam berbagai dialognya adalah kemampuan beliau menjadi pendengar yang baik. Beliau selalu memberi perhatian kepada lawan bicara dan tidak memotongnya.Â
Manusia sejak kecil selalu dilatih berbicara tapi jarang dilatih untuk mendengarkan. Untuk itu menjadi pendengar yang baik perlu mendapat perhatian khusus, sehingga kita menjadi terlatih dan terbiasa melakukannya.Â
Pendengar yang baik akan memfokuskan perhatian kepada lawan bicara. Ia tidak  akan mengalihkan pandangan pada hal lain seperti melihat ke luar jendela atau bermain gadget.Â
Pendengar yang baik tidak akan memutuskan pembicaraan lawan bicara. Ia akan memberi kesempatan kepada lawan bicara hingga selesai berbicara. Jika ada yang perlu diklarifikasi ia akan melakukannya supaya tidak ada hal yang disalahpahami.Â
Pendengar yang baik akan memberi ketenangan dan kenyamanan kepada lawan bicara untuk mengutarakan apa yang menjadi hajatnya tanpa takut diabaikan atau ditanggapi dengan sinis dan  negatif.Â
Pendengar yang baik akan berempati kepada lawan bicara. Ia akan membayangkan dirinnya seandainya berada pada posisi lawan bicaranya. Sehingga ia memberi kesan bahwa ia merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicaranya, dan juga mampu memberi respon yang tepat.Â
Tentu semua ini butuh latihahan, pembiasaan dan kesabaran. Kalau kita belum terbiasa, maka tidak ada kata terlambat untuk berlatih dan membangun kebiasaan positif yang sangat besar pengaruh positifnya bagi kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H