Berkorban berada pada tangga tertinggi dari tingkatan akhlak manusia. Tingkatan terendahnya adalah mengorbankan orang lain untuk keuntungan dirinya. Itulah yang disebut perbuatan zalim. Tingkatan berikutnya adalah membiarkan atau acuh tak acuh terhadap orang lain. Perilaku ini juga merupakan akhlak tercela dalam Islam. Â Kemudian tingkatan berikutnya adalah adil. Â Orang yang adil berupaya untuk tidak menzalimi orang lain dan berusaha berbuat baik kepada orang lain yang berbuat baik kepadanya.
Di atas itu semua dan yang merupakan tingkatan  tertinggi adalah berkorban. Akhlak ini disebut juga dengan istilah ihsan. Orang yang memiliki sifat ihsan selalu ingin berbuat kebaikan kepada orang lain, bahkan terhadap orang yang berbuat buruk kepadanya meskipun hal itu harus mengorbankan apa yang menjadi haknya.
Berkorban adalah  investasi yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Ia merupakan investasi sosial, ekonomi, moral dan ukhrowi sekaligus. Disebut investasi sosial karena orang yang berkorban akan mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat. Sedangkan  salah satu faktor kebahagiaan manusia adalah adanya pengakuan sosial.
Berkorban disebut investasi ekonomi karena Allah akan melipatgandakan  pahala dan rezeki orang yang berbagi dengan orang lain. Allah akan memberi kemudahan hidup kepada setiap orang yang senang memberi dengan disertai keyakinan akan janji Allah.
Lebih dari itu berkorban merupakan investasi moral. Semangat berkorban yang tertanam secara kokoh dalam dada manusia akan mengikis sifat ananiyah atau keakuan, egoistik atau mementingkan diri sendiri. Sifat keakuan inilah yang melahirkan nafsu berkuasa, nafsu menumpuk kekayaan dan nafsu-nafsu lain yang pragmatis dan hedonis. Sifat ini akan melahirkan keinginan untuk mengekploitasi apa dan siapa saja untuk hawa nafsu dan keserakahan dirinya.
Tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa fenomena dan pemandangan yang penuh dengan kecarut-marutan, intrik-intrik, persekongkolan jahat, mafia hukum dan semisalnya yang masih kita saksikan dalam kehidupan berbangsa kita saat ini, adalah hasil dari berkembangbiaknya sifat ananiyah terutama di kalangan para penguasa dan pemimpin kita.
Akibat egoisme ini, kekayaan negeri yang sangat berlimpah ini tidak berfungsi menyejahterakan masyarakat, tetapi dijadikan ajang perebutan dan konflik. Jabatan tidak lagi menjadi alat pelayanan masyarakat, sebaliknya diperebutkan untuk mengumpulkan apa saja dan melakukan apa saja selama menduduki jabatan.
Karena egoisme ini, para koruptor tidak peduli dengan penderitaan orang banyak asalkan diri mereka mengeruk keuntungan yang banyak. Para sindikat narkoba tidak peduli dengan kehancuran masa depan generasi bangsa ini, yang penting mereka dapat meraup keuntungan.
Pengorbanan merupakan kata kunci agar kita mencapai suatu kejayaan sebagai bangsa. Tidak  ada  suatu  prestasi  dan  kemajuan  yang  dicapai  tanpa  didahului  pengorbanan. Sederet fakta dicatat dalam Alquran dan lembaran sejarah bahwa kemenangan serta keberkahan hidup adalah buah dari pengorbanan.
Lebih dari semua itu, berkorban merupakan investasi ukhrowi yang akan mengantarkan kita pada kehidupan mulia di Surga Allah dan terhindar dari siksa neraka. Wallahu a'lam bis shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H