Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan pegiat literasi

Penulis buku teks pembelajaran di beberapa penerbit, pegiat literasi di komunitas KALIMAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukses dan Gagal dalam Kehidupan

3 Juli 2020   20:46 Diperbarui: 4 Juli 2020   05:21 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhirat itu berbeda dengan dunia. Jika dunia itu tempat menanam atau berusaha? Akhirat adalah tempat menuai dan menerima hasil. Di akhirat tidak ada second chance, third chance dan seterusnya. Gagal di akhirat sudah knock out dan tidak ada kesempatan mengulangi perjuangan lagi. 

Oleh kerena itu untuk urusan akhirat Allah memberi kode keras bagi orang-orang tidak sungguh-sungguh mempersiapkannya. Allah Swt. Berfirman: Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak (pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu) (QS. As-Syura:47) 

Secara teoritis dunia dan akhirat itu tidaklah bertentangan. Allah lah yang menciptakan keduanya. Manusia tidak bisa memilih untuk langsung hidup di akhirat. Manusia harus terlebih dalulu melalui kehidupan dunia sebelum menuju kehidupan akhirat. Dunia merupakan sawah ladang tempat bercocok tanam untuk dituai hasilnya di akhirat. 

Manusia juga dilarang mengabaikan kehidupan dunia untuk mementingkan kehidupan akhirat (QS. Al-Qashas:77). Sehingga jangan takut bahkan jangan lupa untuk bahagia di dunia. 

Memang Allah dan RasulNya banyak mengingatkan manusia untuk memberi perhatian lebih terhadap kehidupan akhirat. Hal itu dikarenakan beberapa hal. Pertama, dunia ini kehidupan yang sementara. Sedangkan akhirat itu abadi selama-lamanya. Jika satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia, maka 60-70 tahun usia kita hanya 1,5 jamnya. 

Kedua, nilai dunia itu hanya setetes air dari jari telunjuk yang dicelupkan ke laut dibandingkan akhirat yg seluas laut. Seluruh kebaikan dan kenikmatan  yang ada di dunia ini hanya 1/100 nya nikmat dan kebaikan  yang masih Allah simpan untuk di keluarkan kelak di akhirat. 

Ketiga, gemerlap kehidupan dunia cenderung melenakan manusia dari kehidupan akhirat. Hal itu karena dunia itu nyata saat ini sedangkan akhirat itu ghaib di kehidupan nanti yang belum terjadi. 

Apalagi manusia memiliki hawa nafsu yang cenderungan kepada materi duniawi. Belum lagi adanya musuh abadi yaitu setan yang senantiasa berupaya memalingkan manusia kepada kehidupan dunia dan melupakan kehidupan akhirat. 

Allah Swt. telah mengingatkan mansia akan potensi besar kegagalan ini yang diistilahkan dengan kerugian (khusr) Tetapi Allah Swt. juga memberikan jurus-jurus menghindarinya. Yaitu berpegang kepada akidah dan iman yang benar, memperbanyak amal kebaikan (amal shalih), membentuk lingkungan yang kondusif melalui dakwah, dan istiqamah atau bersabar dalam menjalani semua itu (QS. Al Ashr:1 -3) So, waspadalah! Waspadalah! Walluhu al-musta'an. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun