Mohon tunggu...
abdul basid
abdul basid Mohon Tunggu... Guru - pengajar

saya adalah pengajar

Selanjutnya

Tutup

Raket

KH. Abdurrahman Wahid, Gusdur dan Diplomasi Nahdlatul Ulama

22 Oktober 2024   08:29 Diperbarui: 22 Oktober 2024   08:40 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KH. Abdurrahman Wahid-Gus Dur dan Diplomasi Nahdlatul Ulama  

oleh:  Abdul Basid & Nur Faizin

Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran yang berarti dalam memperkuat hubungan antara agama dan negara di Indonesia. Salah satu tokoh penting yang mewarnai pemikiran politik NU adalah KH. Abdurrahman Wahid, atau yang lebih dikenal sebagai Gus Dur. Sebagai pemimpin NU sekaligus Presiden Indonesia ke-4, Gus Dur menggagas konsep Islam rahmatan lil 'alamin, yaitu Islam yang memberikan rahmat bagi seluruh alam, dan menekankan pentingnya harmoni antara agama dan negara dalam kehidupan berbangsa.

Pemikiran Gus Dur tentang Islam rahmatan lil 'alamin bukan hanya menjadi landasan teologis, tetapi juga dipraktikkan melalui diplomasi yang dilakukan oleh NU, baik di tingkat nasional maupun internasional. Melalui diplomasi ini, NU berusaha menumbuhkan pemahaman bahwa agama Islam seharusnya menjadi sumber kedamaian dan toleransi, bukan menjadi alat kekerasan atau pemaksaan. NU menyebarkan nilai-nilai Islam yang inklusif, mengedepankan dialog, dan menghormati pluralitas sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan berbangsa di Indonesia.

Dalam konteks negara dan agama, Gus Dur memiliki pandangan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila, di mana nilai-nilai agama Islam dapat hidup berdampingan dengan ideologi negara tanpa harus mendirikan negara Islam. Baginya, hubungan agama dan negara di Indonesia harus dibangun di atas prinsip kemanusiaan dan penghormatan terhadap hak-hak individu. Gus Dur menolak ide bahwa Islam harus menjadi dasar eksklusif negara, melainkan ia lebih mendorong agar Islam tampil sebagai kekuatan moral yang mendukung terciptanya keadilan, kebebasan, dan perdamaian.

Diplomasi yang dijalankan oleh NU di bawah kepemimpinan Gus Dur juga berfokus pada penguatan demokrasi dan hak asasi manusia. NU aktif berdialog dengan berbagai pihak, termasuk dengan kelompok-kelompok agama lain, guna menciptakan kerukunan dan memperkuat konsep kebangsaan yang inklusif. Gus Dur menganggap bahwa Islam di Indonesia harus menjadi perekat yang mempersatukan seluruh elemen bangsa, bukan sebaliknya.

Pemikiran politik Gus Dur melalui NU telah memberikan kontribusi besar dalam memperkuat konsepsi negara dan agama di Indonesia. Islam rahmatan lil 'alamin yang dia ajarkan, melalui pendekatan diplomatik yang inklusif dan humanis, telah memperkuat posisi NU sebagai penjaga nilai-nilai kebangsaan yang toleran dan damai. Melalui nilai-nilai inilah, NU terus menegaskan bahwa Islam dan kebangsaan Indonesia dapat bersinergi untuk menciptakan negara yang adil, makmur, dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun