Mohon tunggu...
Abdul Jalil Jumuatullaila
Abdul Jalil Jumuatullaila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya berasal dari Pulau Sulawesi di Pronvinsi Sulawesi Selatan, dari Suku Bugis Kabupaten Sidenreng Rappang. Saya memiliki Hobi yaitu, Membaca, dan Mendengarkan Musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Sunda Wiwitan di Kampung Adat Cireundeu bersama Mahasiswa PMM 2 UPI Bandung, Jawa Barat

30 Oktober 2022   18:15 Diperbarui: 30 Oktober 2022   18:40 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 melaksanakan kegiatan Modul Nusantara pada hari Minggu 30 Oktober 2022 di Kampung Adat Cireundeu, Leuwigajah, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Dokpri
Dokpri

Asal-usul Kampung Cireundeu

Kampung Cireundeu ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke 16 M. Sedangkan nama Cirendeu sendiri berasal dari dua buah kata Ci dan Reundeu, Ci artinya air dan Reundeu artinya berasal dari tanaman Reundeu. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa dulunya kampung ini memiliki hubungan historis dan budaya yang sangat kuat dengan air dan tanaman. 

Masyarakat Cireundeu memiliki konsep pembagian wilayah yang selalu diingat sejak zaman dahulu, yakni suatu daerah yang dibagi menjadi tiga bagian : Leuweung Larangan, Leuweung Tutupan, dan Leuweung Baladahan. 

Dokpri
Dokpri

Rasi Singkong

Sebagian penduduk Cireundeu, sejak tahun 1918 M tidak pernah menggunakan beras lagi sebagai makanan pokok. Jika masyarakat lain makanan pokoknya sangu (nasi) dari beras, di kampung Cireundeu juga memakan sangu (nasi) tetapi dari Sampeu (singkong). Mereka memegang teguh pepatah karuhun Cireundeu, yaitu : "Teu boga sawah asal boga pare, teu boga pare asal boga beas, teu boga beas asal bisa nyangu, teu nyangu asal dahar, teu dahar asal kuat"

Salah satu ritual keagamaan besar yang dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat Cireundeu yaitu peringatan Tahun Baru 1 Sura. Ritual ini adalah upacara adat yang dilaksanakan sebagai ucapan Nutup Taun (tutup tahun) dan Ngemban Taun (menyambut tahun baru) Saka dalam penanggalan Sunda. 

Kesenian masyarakat Cireundeu 

Kacapi Indung, adalah jenis alat musik berdawai yang digunakan pada tembang sunda Cianjuran sebagai pengiring vokal(mamaos dan panambih). 

Karinding, adalah satu jenis alat musik tradisional, dibuat dari bambung atau pelepah enau. Karinding di mainkan oleh mulut disertai pukulan jari tangan, sehingga menghasilkan bunyi yang unik. Diciptakan oleh leluhur petani Sunda untuk bermain musik yang dipercaya dapat mengusir hama dan binatang perusak tanaman.

Angklung Buncis, merupakan alat musik yang tidak terpisahkan dari upacara Seren dan biasanya dimainkan saat upacara tersebut berlangsung. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun