Mohon tunggu...
Abdul Wahab Dai
Abdul Wahab Dai Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Jurnalisme Warga

Gemar membaca buku dan media sejak SD hingga kini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Selayang Pandang Asosiasi Guru Bahasa Asing AGBA-PGRI

11 Oktober 2024   18:47 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana diketahui saat itu nomenklatur 'Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya" dalam kurikulum pendidikan menengah (Kurikulum 2013) masih menjadi batu sandungan bagi eksistensi guru dan mata pelajaran Bahasa Asing. Kala itu guru-guru Bahasa Asing berbagi dan berebut jam dengan guru Bahasa Inggris.

Dua hari pasca seminar daring perdana Asosiasi Guru Bahasa Asing-Persatuan Guru Republik Indonesia (AGBA-PGRI) yang berlangsung Kamis, 25 Agustus 2021, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PGRI Prof. Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd. menyinggung perihal sengkarut yang melanda Mata Pelajaran Bahasa Asing (Prancis, Jerman, Arab, Jepang, Korea, Mandarin) pada pendidikan menengah di Indonesia.

Berbicara di arena Konferensi Kerja Nasional (Konkernas) II PGRI di Gedung Guru Indonesia, Sabtu, 27 Februari 2021 ini, Unifah Rosyidi mengungkapkan bahwa permasalahan Bahasa Asing di dalam kurikulum harus terus diperjuangkan sampai tuntas yang berpihak pada guru.

"Karena bahasa asing sangat diperlukan dalam Era Globalisasi saat ini. Bahasa Asing tidak boleh dihilangkan," ujarnya kala itu. Unifah hadir memberikan sambutan pada Seminar Daring AGBA-PGRI tentang Peran Bahasa Asing dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia.

"Bahasa Asing harus diberikan posisi yang aman dalam Kurikulum!" kata Unifah pada arena Konkernas. Kini Mata Pelajaran Bahasa Asing tetap eksis pada Kurikulum Merdeka. Mata Pelajaran Bahasa Asing sendiri diajarkan di Fase F (Kelas XI dan XII) yakni tingkat SMA (SMK dan MA) termasuk di sekolah-sekolah swasta yang memiliki sumber daya guru pengampu.

Perjuangan eksistensi mata pelajaran Bahasa Asing terkadang mendapatkan resistensi di sekolah-sekolah yang "tidak ramah Mapel Bahasa Asing". Sering terdengar guru-guru Bahasa Asing tidak mendapatkan haknya untuk mengajarkan mapelnya akibat pemangku kebijakan di sekolah-sekolah yang "tidak ramah Mapel Bahasa Asing".

Kala itu Ketua PB PGRI melontarkan pernyataan "PB PGRI akan melayangkan surat secara khusus kepada Kemendikbud perihal Bahasa Asing. Pada masa pandemi ini cukup sulit bisa bertatap muka dengan semua pejabat terkait Kemendikbud," ujar Unifah.

Kala itu Ketua AGBA-PGRI Kiki Niediawan, S.S. (guru Bahasa Jepang) terus menyemangati para guru Bahasa Asing seantero Nusantara. "Semua lini perjuangan kita tempuh agar eksistensi Bahasa Asing dapat kita pertahankan." ujarnya.

Dalam salah satu prolog sedaring (webinar) Kiki Niediawan memaparkan perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan oleh AGBA sejak berdiri.

Sabtu, 29 Mei 2021 AGBA menggelar Halalbihalal Virtual Nasional AGBA-PGRI. Isunya adalah perjuangan guru-guru Bahasa Asing belum selesai. Mapel dan guru Bahasa Asing belum beranjak dari status quo pascawebinar perdana pada awal tahun 2021.

Kiki Niediawan, Ketua Umum AGBA-PGRI bertekad melibatkan semua unsur Bahasa Asing dalam beberapa kegiatan agar tidak terkesan AGBA-PGRI dikuasai oleh guru-guru Bahasa Jepang. Secara kebetulan mayoritas pengurus AGBA berlatar belakang guru Bahasa Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun