Mohon tunggu...
ABDUL
ABDUL Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Agar Indonesia Bisa Surplus 23.4 Juta Ton Beras/Tahun

27 April 2015   23:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia Pengimsar Di Dunia

Indonesia menempatiperingkat ke tiga sebagai Negara penghasil beras terbesar dunia, di bawah China dan India. Namun pencapaian ini, tidak menjadikan kita berswasembada beras, Indonesia malah menjadi pengimpor beras terbesar di dunia. Negara yang 70%penduduknya bekerja sebagai petani.

Data dari Unicef, tahun 2013 menyebutkan ada sekitar 101 juta anak usia di bawah lima tahun di berbagai belahan dunia mengalami kekurangan berat badan (underweight). Ada sekitar 165 juta mengalami hambatan pertumbuhan atau kekerdilan dan ada sekitar 52 juta mengalamai penyusutan karena kekurangan gizi.

Sementara data komoditas pangan beras tahun 2012, impor mencapai 1,8 juta ton dengan nilai US$ 945,6 juta yakni dari Vietnam sebanyak 1,1 juta ton senilai US$ 564,9 juta, dari Thailand sebanyak 315,4 ribu ton dengan nilai US$ 186,2, dari India sebanyak 259 ribu ton dengan nilai US$ 122,2 juta, dari Pakistan sebanyak 133,1 ribu ton dengan nilai US$ 52,5 juta, dari China sebanyak 3.099 ton dengan nilai US$ 11,2 juta dan beberapa negara lain.

Data BPS (biro pusat statistic) dan FAO 2008 mencatat, produksi Indonesa sebanyak 58.2 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), Thailand 30 Juta Ton (GKG) dan Vietnam 36 Juta Ton (GKG) untuk tahun yang sama. tingginyakebutuhan konsumsi di Indonesia yang tidak di ikuti dengan peningkatan laju produksiberas dalam negeri, mengakibatkan impor beras terus berlangsung hingga kini.

Sumber data : FAO ,BPS & USDA maret 2008

Datadi atas menunjukkan total produksi domestik Indonesia sebesar 58.2 juta ton GKG (Gabah Kering Giling), jauh melebihi produksi Thailand dan Vietnam, namun perbandingan antara produksi dan konsumsi di Thailand dan Vietnam, sangat signifikan, hal ini cukup untuk menjadikan kedua Negara ini (Thailand dan Vietnam), memimpin pasar eksporberas di Asia. berdasarkan total produksi, Vietnamsedikitlebih unggul dari Thailand.

Indonesia dan Vietnam di Masa Lalu

Sejarahmasa lalu menempatkan bangsa Indonesia sebagai guru bagi bangsa Vietnam, tentang cara bertani yang baik , namun sekarang, Indonesia harus rela sebagai Negara tujuan utama produksi beras asal Vetnam, Indonesia tidak perlu malu untuk mengadopsi metode yang di gunakan oleh Vietnam, terbukti dengan metode ini, Vietnam mampu meningkatkan laju produksi pertaniannya, dan kita tidak pernah membayangkan,Vietnam yang dulu kekurangan bahan pangan kini malah berswasembada.

Indonesia Harus Jauh Lebih Produktif

Indonesia negeri yang luas dansubur,memanjang dari Sabang sampai Merauke, dan melintang dari Miangngas hingga pulau Rote. Harus jauh lebih produktif, dibanding Vietnam, yang hanya mengandalkan Delta Mekong sebagai wilayah utama penghasil komoditas pertanian, hingga 95% ekspor produk pertanian, dihasilkan dari wilayah ini.

Dari sudut pandang stabilitas produksi pangan,Indonesia jauh lebih beruntung, karena apabila satu wilayah Indonesia, mengalamifuso atau gagal panen, maka kita masih bisa berharap, di beberapa provinsi lain sebagai lumbung pangan nasional, bisa surplus, untukmenutupi wilayah yang kekurangan stock beras,akan halnya Vietnam, apabila Delta Mekong rusak dan gagal panen, makaVietnam akan meradang akibat hancurnya 95% eksport produk pertaniannya.

Metode Tebar Langsung

Pada dasarnya permasalahan petani di Indonesia, hampir sama dengan petani di Vietnam, soal makin berkurangnya tenaga kerja, yang tertarik dalam usaha tani, banyak petani yang lebih tertarik “lari” ke kota untuk mencari pekerjaan baru, petani Vietnam yangulet,tetap tinggal di desa, dan berupaya memilih cara - cara yang praktis, sederhana, irit biaya dan tenaga kerja, agar lahan pertanian mereka tetap produktip, mereka menggunakan Metode tebar langsung (broadcast) yaitu menebar benih padi yang telah memliki tunas, langsung ke lahan persawahan yang telah disiapkan. Di Indonesia metode ini dikenal dengan istilah “Tanam Benih Langsung “(Tabela)

Metode Tabela, tidak begitu populer secara umum diterapkan oleh petani di Indonesia. Dibanding Metode Tanam Pindah (Tapin)yaitu menebar benih padi yang telah memiliki tunas ke petak persemaian bibit, setelahbeberapa hari, kemudian di pindahkan kelahan persawahan, yang telah disiapkan. Umur benih padi saat di pindahkan sekitar7 - 21 hari.

Metode Tabela dari segi biaya produksi sangat ekonomis, meski demikian potensi hasil panen metode Tabela ini, tidak kalah dibanding metode Tapin.

Tebar langsung

Tebar langsung dengan alat

Panen Tujuh Kali

Dengan metode Tabela, maka umur padi akan jauh lebih singkat, kurang - lebih 25 hari panen lebih awal dibandingkan dengan metode Tapin. Maka dalam2 tahun musim tanam, petani vietnam mampu memanen padi sebanyak 7 (tujuh) kali. Bandingkan dengan kita di Indonesia yang secara umum hanya mampu memanen sebanyak 4 (empat) kali untuk periode waktu dan varietas yang sama.

Dukungan Pemerintah

Bukti dukunganpemerintah Vietnam terhadap pertanian diwujudkan dengan dibentuknya Vietnam association food untuk memberikan proteksi terhadap petani,dalam hal fluktuasi harga, pemerntah juga memberi bantuan modal untuk usaha tani sebesar 50% ditanggung pemerintah, kreditbunga hanya0 %, dengan masa pengembalian 5 tahun. Untuk menciptakan pertanian yang ramah lingkugan pemerntah Vietnam meluncurkan program tannonyang merupakan kerjasama antara petani,instasi terkait dan lingkungan hidup.

Dukungan Media Massa

Peranan media informasidi Vietnamsangat besar, penulis menyaksikanpadatnya acara-acara yang berkaitan dengan dunia pertanian, di beberapastasiun televisi sepanjanghari menampilkan program yang informatif tentang dunia pertanian baik dalam bentuk berita, talkshow ,quis, dan petualangan. Selebritymudagagah dan cantik ditampilkan secara natural mengajak turun ke sawah, bermain lumpur, menangkap ikan di sungai, bukan sesuatuyang kotor dan jorok bahkan adalahgaya para celebrity yang tentunya di bungkus dengan formattotonan yang menarik. Demikian juga media internet, dbuat sangat informatif mengenai dunia pertanian,rapi, terpercaya dan dikoordinasidengan baik hingga pengguna internet sangat antusias.

Sistem Irigasi yang Baik

Penerapan metode Tabela, membutuhan sistem irigasi yang baik, dalam satu kesempatan, Penulis sempat melakukan diskusi dengan seorang pakar dariDelta Mekong, bernama Prof.Dr . Nguyen Ngoc De ( College of Rural Development, CanTho University ), beliau mengatakan, bahwa hal penting harus segera dilakukan, untuk memacu produksi pertanian di Indonesia adalah perbaikansistem irigasi.

Sistem irigasi yang baik, sebenarnya bukanlah hal barubagibangsa Indonesia, di pulau Jawa, telah mengenal sistem irigasi sejak jaman Kerajaan Majapahit, di pulau Bali ada Sistem irigasi “Subak”, dan“Ulu - Ulu” di Sulawesi. Semuamenunjukkan Kepada kita,betapa imprastruktur irigasi ini, sejak dahulu telah dipikirkan dan diwujudkan, untuk meningkatkan produksi pertanian. Metode apapun yang diterapkan untuk hasil pertanian yang baik dan maksimalmuaranya pada sistem irigasi yang baik, metode teknologi pertanian yang mutakhir sekalipun dengan sistem irigasi yang buruk hasilnya tentu akan buruk.

Potensi Indonesia Menuju Surplus 23.4 Juta Ton

Data Pusat Analisis Sosial EkonomiDan Kebijakan Departemen Pertanian 2008 menyebutkan. Di Indonesia terdapat 11.6 juta hektar lahan pertanian.Jika Setengah dari lahan pertanian di Indonesia di gunakan untuk metode Tabela, maka akan diperoleh 5.8 juta hektar, dengan rata – rata hasil panen 5 ton per hektar, maka dalam tempo satu tahun, Produksi Nasional langsung mencapai 101.5juta ton Gabah Kering Panen ( GKP )atau 91.4 juta ton GKG,setara 51.15 juta ton beras,jika komsumsi per kapita penduduk Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik Dan Badan Ketahanan Pangan adalah 139,15 kg beras per tahun, maka kebutuhan konsumsi nasional mejadi 27.8 juta ton beras per tahun

Angka surplus diperoleh dari produksinasional51.15 juta ton, dikurangi dengan kebutuhan konsumsi nasional 27.8 juta ton. Dengan selisih antara produksi dan konsumsi ini, maka Indonesia akan swasembada dengan surplus 23.4 juta ton beras pertahun, angka ini mampumenjadikan Indonesia, sebagai negara pengekspor beras terbesar Asia bahkan Dunia. Untukmencapai angka ini, hanya membutuhkansetengah daritenaga petani yang ada di Indonesia, dan hanya membutuhkan setengah dariareal lahan pertanian yang ada di Indonesia, yang sisanya masih cukup luas untuk kita tanami palawija, holtikultura, atau tanaman pangan lainnya. Kalau di awal tahun,metode tabela ini langsung diterapkan oleh petani di Indonesia, maka penghujung tahun ini jugasurplus23.4 juta ton akan kita capai. Dengan demikian, kesejahteraan petani Indonesia bukan lagi sebatas impian dan retorika, akan tetapi nyata di depan mata. Percayalah…

Salam cinta untuk seluruh petani Indonesia,

Tetap semangat dan sejahtera selalu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun