Mohon tunggu...
Abdullah Umar
Abdullah Umar Mohon Tunggu... Ilmuwan - Pengamat Hukum dan Politik

Mahasiswa Jurusan Hukum di Cairo University, Mesir

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hikmah Sebenarnya dari Kunjungan Jokowi ke Korsel

12 September 2018   13:09 Diperbarui: 12 September 2018   13:27 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duet Industri Manufaktur yang Akan Menjadikan Indonesia Macan Asia

Kunjungan Presiden Jokowi ke Korea Selatan banyak diperbincangkan media online dan warganet di Indonesia dengan berita-berita yang cukup fenomenal. Mulai dari Jokowi merupakan Presiden pertama yang diterima Presiden Korsel di Istananya yang sakral, yaitu Istana Changdeok, hingga Jokowi yang berhasil membawa investasi dari Korea ke Indonesia senilai Rp 81,7 triliun. Ucapan "daebak Jokowi" pun menggema, yang artinya dalam bahasa Indonesia yaitu "Keren Jokowi".  

Sebenarnya lebih dari itu, dari kaca mata hukum kerja sama internasional, kunjungan Jokowi dan sambutan luar biasa Presiden Korsel Moon Jae- in memberikan sinyal bahwa kedua negara semakin percaya diri menghadapi tekanan perang dagang dunia internasional yang didalangi oleh AS-China.

Bagi Indonesia, Korsel adalah senjata penting Indonesia menghadapi kenyataan pahit bahwa kini Parlemen Eropa terus mengkampanyekan ideologi anti sawit, salah satu komoditi ekspor utama Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia. Indonesia lantas meresponnya dengan mengeluarkan kebijakan mandatori B-20, yaitu kebijakan untuk menggunakan bahan bakar renewable Biofuel 20% sebagai campuran BBM Fossil. 

Dampaknya, kebijakan B-20 itu akan menurunkan secara drastis impor yang tentu akan mengimbangi penurunan ekspor imbas kebijakan anti sawit di Eropa. Tahun ini, kebijakan B-20 akan mampu menghemat 2,3 miliar dollar AS dan tahun 2019 akan menghemat 9,5 miliar dollar AS dalam hal impor. Cadangan devisa yang sehat akan membuat rupiah dapat stabil dari ancaman ombang-ambing dollar yang tengah menggempur hampir semua negara berkembang di dunia. 

Lantas, apa peran Korsel bagi Indonesia? Jawabnya, seederhana, Korsel melalui DOOSAN, raja industri manufaktur di negaranya akan menjadi partner dua BUMN Indonesia, yaitu PT PINDAD dan PT Boma Bisma Indra (BBI) melakukan alih teknologi permesinan diesel yang sesuai dengan mandatori B-20. 

Hingga kini, di Indonesia belum ada industri permesinan yang berkembang. Ironis, karena Indonesia adalah pengguna mesin-mesin otomotif yang sangat dominan, baik mobil, motor, hingga kapal. Bahkan di ASEAN, penjualan otomotif Indonesia yang tertinggi. Jadi, kenapa Indonesia tidak memproduksi mesinnya secara mandiri? Dari pada harus terus impor yang akan membuat Indonesia terus mengalamai ketergantungan.

Jadi, sebenarnya, yang perlu diapresiasi dari kunjungan Jokowi ke Korsel adalah tanda-tanda bahwa dalam beberapa tahun ke depan, industri manufaktur Indonesia akan mampu berbicara banyak, yaitu memproduksi mesin yang ramah energi terbarukan (B-20). Industri manufaktur yang semakin maju selain akan menyebabkan nilai tambah akan meningkatkan lapangan pekerjaan. 

Indonesia menjadi 5 besar negara dengan kekuatan ekonomi dunia pada 2030 tentu bukan hanya isapan jempol, bahkan DNA Macan Asia yang selama ini hanya dijadikan jargon "oposisi" justru telah dilahirkan oleh Presiden Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun