Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Haji: Wisata Bergelar?

3 Juni 2022   11:18 Diperbarui: 3 Juni 2022   11:33 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang membedakan antara Wisata Religi dan wisata non religi adalah ya itu tadi adanya ritual keagamaan. Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Sedangkan persamaannya adalah sama sama merogoh kocek & sama sama sebagai sarana refresing/healing.

Bagi beberapa kelompok, ber-Haji tidak bisa disamakan dengan wisata, dan Mekkah tidak boleh dijadikan objek wisata. Mekkah adalah kiblat seluruh umat muslim, Mekkah adalah icon perjuangan Kanjeng Nabi, Mekkah adalah tempat dimana para malaikat bersemayam, yang menghubungkan dua dimensi. Dan ada pula yang menyamakan antara berhaji dengan berwisata misal dari perspektif bisnis. Kita skip kontroversi tentang ini.

Lanjut.... Terkait penyebutan Haji banyak yang masih salah Kaprah. Ada yang pakai Huruf Hijaiyah Ha'() karena dalam bahasa Indonesia memakai alfabet H. Ada juga yang pakai Hijaiyah Kaf () karena mungkin alasan logat/aksen. Yang benar pakai kha' (). 

Berita terbaru Kenaikan inflasi dan pajak menyebabkan ongkos haji menjadi naik. Padahal sudah ada biaya optimasi haji yaitu Uang Nasabah Haji yang diinvestasikan. Misal biaya haji 45 juta tapi karena ada biaya optimasi, masyarakat cukup bayar 35 juta.

 

Ada fenomena ketika seseorang haji berkali-kali. Disatu sisi baik artinya uang digunakan untuk hal positif tapi disisi lain juga kurang baik karena mengambil jatah orang yang belum pernah haji, lebih lebih di Indonesia dimana euforia haji tinggi sedangkan kuota haji terbatas. 

Bagi saya haji ya cukup sekali saja, Tidak usah berkali-kali kecuali ada urgensi seperti menjadi pembimbing haji dan sebagainya. Lalu bila hajinya berkali-kali apakah gelarnya bertumpuk2? tentu tidak, Tidak seperti kuliah/pendidikan profesi.

Ciri Haji Mabrur: menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi perbuatan maksiat.(Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa'i, juz, V, h. 112). 

"Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga." (HR An-Nasa'i)

Ciri Haji Mardud (ditolak) : niat salah, bekal haram, bermaksiat, tdk sesuai rukun syar'i.

Haji bukanlah berwisata kemudian dpt gelar, Haji adalah upaya pemenuhan kewajiban yang "Mastatho'tum" bagi seorang hamba yang bertaqwa, beriman, dan berislam agar lebih dekat dengan Rabbnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun