Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Jalan Hidup Sufi dan Finansial Freedom

28 Mei 2022   08:22 Diperbarui: 28 Mei 2022   08:39 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini hanya pendapat pribadi. Bagi orang yang sudah mencapai finansial freedom (kebebasan finansial) artinya tanpa harus bekerja secara langsung tetap dapat pemasukan krn asetnya berjalan. 

Bagi saya orang yang mau menempuh jalan hidup sufi secara penuh baik secara pikiran maupun perbuatan setidaknya syarat finansial freedom dan nafkah keluarga harus terpenuhi. Tanpa kedua hal ini saya kira belum saatnya. Itulah kenapa yang ngaji kitab Ihya' (tasawuf) kebanyakan orang yang sudah sepuh/pensiun.

Kalau ditanya "Emangnya ada orang yang menempuh jalan hidup sufi secara penuh dan abai terhadap kewajiban nafkah?" lah...tentu ada

.. "emang dari 7,85 milyar (2021) tidak ada yang seperti itu?"

Ada kecenderungan oleh beberapa kelompok tertentu yang lebih mengedepankan jalan hidup sufi daripada menafkahi, saya tidak mengatakan hal ini keliru, cuman dalam konteks modern kurang relevan apabila masuk jalan sufi tanpa memakai karcis financial freedom&/kewajiban nafkah. 

Karena Manusia terdiri dari jasad dan ruh, Berada di alam duniawi dan ukhrawi, Ada hardware dan software, ada Yin & Yang, maka Sufisme & materialisme harus dipandang secara proporsional. Jangan Timpang/condong kesalahan satu.

Semoga kita bisa menjadi Ummatan Wasathan : umat yang bersikap, berpikiran, dan berperilaku moderasi, adil, dan proporsional antara kepentingan material dan spiritual, ketuhanan dan kemanusiaan, 

masa lalu dan masa depan, akal dan wahyu, individu dan kelompok, realisme dan idealisme, dan orientasi duniawi dan ukhrawi, dan tidak melampaui batas (ghuluw), baik dalam bersikap, bertutur kata, berbuat, termasuk beribadah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun