Ini hanya pendapat pribadi. Bagi orang yang sudah mencapai finansial freedom (kebebasan finansial) artinya tanpa harus bekerja secara langsung tetap dapat pemasukan krn asetnya berjalan.Â
Bagi saya orang yang mau menempuh jalan hidup sufi secara penuh baik secara pikiran maupun perbuatan setidaknya syarat finansial freedom dan nafkah keluarga harus terpenuhi. Tanpa kedua hal ini saya kira belum saatnya. Itulah kenapa yang ngaji kitab Ihya' (tasawuf) kebanyakan orang yang sudah sepuh/pensiun.
Kalau ditanya "Emangnya ada orang yang menempuh jalan hidup sufi secara penuh dan abai terhadap kewajiban nafkah?" lah...tentu ada
.. "emang dari 7,85 milyar (2021) tidak ada yang seperti itu?"
Ada kecenderungan oleh beberapa kelompok tertentu yang lebih mengedepankan jalan hidup sufi daripada menafkahi, saya tidak mengatakan hal ini keliru, cuman dalam konteks modern kurang relevan apabila masuk jalan sufi tanpa memakai karcis financial freedom&/kewajiban nafkah.Â
Karena Manusia terdiri dari jasad dan ruh, Berada di alam duniawi dan ukhrawi, Ada hardware dan software, ada Yin & Yang, maka Sufisme & materialisme harus dipandang secara proporsional. Jangan Timpang/condong kesalahan satu.
Semoga kita bisa menjadi Ummatan Wasathan : umat yang bersikap, berpikiran, dan berperilaku moderasi, adil, dan proporsional antara kepentingan material dan spiritual, ketuhanan dan kemanusiaan,Â
masa lalu dan masa depan, akal dan wahyu, individu dan kelompok, realisme dan idealisme, dan orientasi duniawi dan ukhrawi, dan tidak melampaui batas (ghuluw), baik dalam bersikap, bertutur kata, berbuat, termasuk beribadah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H