Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adiksi Uang dan Kekuasaan

14 April 2022   09:36 Diperbarui: 14 April 2022   09:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adiksi (daya candu) kedua hal ini gak kalah mengerikan layaknya adiksi Narkoboy atau secara umum adiksi maksiat (dlm term agama) itu berbahaya. 

Uang dan Kekuasaan adalah netral. Baik buruk dari cara mendapatkan kedua hal ini dan cara mentasharufkan (memanfaatkan) tergantung pemiliknya. Uang dan kekuasaan yang diperoleh dengan cara baik (sesuai agama) dan benar (sesuai aturan/legal) tentu kecenderungan memakai nya akan sama dari cara memperolehnya, begitu juga sebaliknya.

Angie/ Angelina Sondakh yang sudah merasakan daya candu akan uang dan kekuasaan merasakan hal itu. Ibarat pingin Uang 1 milyar udah kesampaian, ingin 100 milyar, udah kesampaian ingin 1 triliunan. Udah dapat jabatan bupati, ingin gubernur lalu presiden, udah jadi presiden pingin seumur hidup. Kalau sudah sampai taraf ini, cukuplah hanya kematian sebagai nasehat. 

Dalam Pembahasan Abuse of Power (kecenderungan untuk menyeleweng) setiap yang memiliki kekuatan Baik itu people power, economic power, politic power, information power ada kecenderungan untuk menyimpang. Menjadi arogan dan salah arah atau tersesat. Sudah banyak contohnya yang bisa kita saksikan dlm berita atau dalam kisah kisah umat terdahulu.

Kekuasaan dan kekayaan adalah cobaan layaknya kelemahan dan kemiskinan. Tapi banyak dari umat yang lebih memilih di coba dengan uang dan kekuasaan daripada sebaliknya.

Karena dua hal ini punya adiksi kuat maka kita sebagai orang yang berilmu, beriman dan bertaqwa bukan anti terhadap dua hal ini tetapi berhati-hati dalam menggunakannya. 

Salah salah kita bisa menjadi orang yang "gelap mata, hati dan pikiran". 

Semoga Tuhan melindungi kita dari hal hal demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun