Mohon tunggu...
Abdul Rozak
Abdul Rozak Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadi Manusia yang memanusiakan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar dan menasehati diri sendiri lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asumsi dan Apriori Adalah Bentuk Penghakiman Halus

19 Maret 2022   06:42 Diperbarui: 20 Maret 2022   22:31 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asumsi & Apriori dalam Bahasa Psikologi : jumping into conclusion, Dapat info sepotong lalu berkesimpulan utuh.

Melompat ke kesimpulan adalah istilah psikologis yang merujuk pada hambatan komunikasi di mana seseorang "menilai atau memutuskan sesuatu tanpa memiliki semua fakta; untuk mencapai kesimpulan yang tidak beralasan" Seperti cerita 3 orang buta & gajah yang mengambil kesimpulan berdasarkan fakta/data parsial. 

Orang2 termasuk saya, lebih suka menggeneralisasi/apriori/berkesimpulan tanpa melihat fakta/menjudge.... soalnya lebih mudah lebih simple & praktis hehe... walaupun ndak baik. Asumsi & Apriori adalah salah satu hal yang memicu konflik.

Dalam Skripsi : ada pendahulu, rumusan masalah, pendekatan, teori, telaah Pustaka, pembahasan, analisa baru kesimpulan. Kalau buat skripsi langsung Kesimpulan ya tanda langsung di coret dosen atau di bakar mungkin hehe....

Pebriani Utaminingsih dalam tulisannya yang bertajuk "Cara Membuat Kesimpulan" ada 2 jenis : Inferensi adalah kesimpulan berdasarkan referensi (rujukan yang digunakan), tidak melibatkan data secara langsung. Sedangkan implikasi adalah kesimpulan yang melibat data.

asumsi adalah anggapan yang belum terbukti kebenarannya dan memerlukan pembuktian secara langsung. Apriori adalah pengetahuan yang ada sebelum bertemu dengan pengalaman. Semua batas dasar percaya. Kepercayaan & kebenaran yang saling Beririsan disebut pengetahuan. Dalam Sosial misal saya percaya kalau si A orang Dermawan kata orang2 setelah saya temui dan teliti memang Si A Dermawan. Kepercayaan & kebenaran inilah yang disebut pengetahuan, pengetahuan tentang si A.

5 Alasan kita tidak berhak menilai dan menghakimi (berapriori & berasumsi) atas hidup orang lain :

Kita tidak tahu apa yang sudah mereka lewati

Belum tentu kita bisa menjalani hidup mereka

Belum tentu kita lebih baik

Hidup mereka bukan milik kita

Kita pun tak suka dihakimi.

Don't trust what you see, even salt looks like sugar. Semoga kita bisa memahami orang lain bukan dari "katanya" tetapi dari "faktanya".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun