Mohon tunggu...
Abdurrahman Azzam
Abdurrahman Azzam Mohon Tunggu... Lainnya - Muslim Learner

-Live in Rain City ~Student of Agribusiness

Selanjutnya

Tutup

Money

Prospek dan Dilema Persawitan Indonesia di Masa Mendatang

18 Juni 2020   00:50 Diperbarui: 18 Juni 2020   09:57 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor pertanian berperan penting dalam meningkatkan perekonomian nasional. Peran strategis ini dapat ditunjukakan dalam pembentukan dan penyediaan dengan asas pembangunan berkelanjutan. Konsep ini telah lahir dan dirumuskan pada akhir tahun 1980-an dan masih berjalan hingga saat ini. Tujuan jangka panjang dari konsep pembangunan berkelanjutan ini adalah dapat mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidup saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan cepatnya laju globalisasi yang telah merambah hampir ke seluruh aspek kehidupan termasuk ekonomi yang berdampak pada paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan dalam konteks pembangunan manusia.

Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, pada tahun 2017, sektor perkebunan berkontribusi terhadap PDB sebesar RP 471 triliun dan mengalami peningkatan sebesar 5,7% dari 2015 sampai 2016 dan 9% dari 2016 sampai 2017.  Sektor perkebunan kelapa sawit menjadi salahsatu penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2017 eskpor sawit mengalami peningkatan sebesar 25,8% dengan total 30,9 juta ton dengan nilai ekspor 22,9 miliar USD atau Rp 307,04 triliun). Berdasarkan capaian tersebut, dapat diketahui bahwa Indonesia adalah negara dengan peringkat pertama produsen dan pengekspor CPO serta minyak kelapa sawit di dunia. Sebagian besar hasil sawit nasional diekspor ke luar negeri dan sisanya untuk konsumsi dalam negeri. Tujuan ekspor CPO atau minyak sawit mentah Indonesia mulai dari Asia, Amerika sampai Eropa hingga sampai melebihi sektor minyak dan gas atau migas. Hingga saat ini, komoditas kelapa sawit masih menjadi primadona dalam kontribusinya untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional. Maka sangat penting dan menajdi perhatian serius agar komoditas kelapa sawit ini dikelola dengan baik agar ke depannya dapat terus berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian dan sumbangsi besar bagi negara.

Berbicara soal persawitan dalam negeri, tidak terlepas pada problematika yang dihadapinya. Mulai dari alih fungsi lahan pertanian yang menyebabkan terjadinya konflik dengan masyarakat, pengaruh asing yang masuk sehingga mengganggu efisiensi kinerja, adanya unsur politik yang ditujukan untuk kepentingan pihak atau kelompok tertentu hingga kesejahteraan para petani sawit itu sendiri. Belum lagi dimana dunia saat ini sedang dilanda pandemi COVID-19 yang selain berdampak pada aktivitas keseharian masyarakat di berbagai negara, juga berimbas pada sektor-sektor strategis seperti ekonomi, sosial budaya, pariwisata dan yang tidak kalah penting yaitu pertanian. Kondisi ini tentunya dapat menjadi ancaman jangka panjang apabila tidak dibarengi dengan langkah-langkah strategis dan cepat agar tetap menjaga stabilitas kondisi dalam negeri tetap aman. Lalu apakah kondisi ini memberikan dampak signifikan terhadap persawitan nasional dan bagaimana prosepeknya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional apabila dilihat dari kacamatan pertanian berkelanjutan?

Sebelum masuk kepada inti pembahasan, alangkah baiknya melihat sejarah perkelapasawitan Indonesia dan perkembangannya. Tanaman kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Afrika yang kemudian dibawa oleh Belanda dan dibudidayakan bertempat di Kebun Raya Bogor pada tahun 1848 sebelum kemerdekan. Melihat pertumbuhan yang baik dari tanaman tersebut, maka pada tahun 1910 mulai dibudidayakan secara luas di Sumatera. Kelapa sawit tumbuh subur di Indonesia dengan curah hujan melimpah serta kesesuainnya dengan iklim tropis. Perkembangan lahan kelapa sawit mencapai 200.000-an hektar hingga tahun 1980-an yang sebagian besarnya adalah warisan pemerintah zaman kolonial Belanda. Setelah adanya program kredit PBSN 1 dan 2, maka mulai diperkenalkanlah PIR-Trans atau Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi dan terjadi peningkatan hingga 7,2 juta hektar pada tahun 2009. Para pekerja industri kelapa sawit baik swasta maupun BUMN mendapatkan penghidupan yang layak yang diberikan oleh perusahaan.

Industri kelapa sawit menjadi salahsatu sektor yang kuat atau kebal ketika terjadi krisis global yang menimpa negara hingga menyebabkan kebangkrutan di banyak industri lainnya. Karena benefit yang diberikan dari hasil pengolahan kelapa sawit seperti, sebagai bahan baku energi nabati dan bahan pokok makanan menjadikannya tetap tegar dan tidak terpengaruh krisis. Maka tidak diragukan bahwa industri kelapa sawit menjadi salahsatu andalan income bagi negara dan tidak kalah pentingnya juga, pembukaan lahan baru untuk produktivitas kelapa sawit juga berkontribusi dalam pengembangan wilayah khsususnya daerah pedalaman, sehingga memunculkan kabupaten maupun provinsi baru akibat daya dorong kemajuan persawitan. Sektor perkebunan kelapa sawit juga banyak berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, sehingga dapat meningkatkan perekonomian dan pembangunan di daerah sekitar perkebunan.

Apabila dilihat dari kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh persawitan ini, maka sektor ini memberikan prospek yang besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Bukan berarti dalam proses selalu diberikan jalan yang mulus, layaknya kehidupan ini selalu ada hukum sebab dan akibat, begitu pun yang terjadi pada sektor perkebunan kelapa sawit dan industrinya. Dapat diakui atau tidak bahwa sektor kelapa sawit menyumbangkan tingkat devisi yang cukup tinggi bagi Indonesia dan juga diliputi beragam permasalahan atara lain, luas lahan yang dimiliki oleh perusahaan, kerusakan lingkungan akibat alih fungsi lahan dan pembukaan lahan baru untuk kelapa sawit dan tidak adanya kerjasama antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat di sekitar perkebunan. 

Tidak jarang juga sektor ini menyebabkan konflik sosial hingga pelanggaran Hak Asasi Manusia di samping permasalahan lingkungan yang diakibatkan dari pembukaan lahan baru seperti, kebakaran hutan, erosi hingga kemerosotan keanekaragaman hayati. Permasalahan juga merambah kepada pekerja atau buruh lepas yang dimana pemberian beban panen tinggi tidak diabarengi dengan alat yang digunakan, selain itu adanya regulasi terkait pemberian denda administrasi terhadap pelanggaran karena hasil panen yang masih bersisa dan yang lebih parahnya lagi adanya keterlibatan wanita serta anak di bawah umur, selain itu karena ketidakjelasan kontrak kerja buruh harian yang hanya diberikan upah berdasarkan jumlah kuota serta tidak adanya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja makin memperlihatkan masih buruknya sistem yang diterapkan oleh persawitan Indonesia. Tidak akan ada habisnya apabila membahas persawitan nasional apabila dibahas secara rinci. Pemerintah memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai pemangku kebijakan seharusnya dapat memberikan alternatif terbaik untuk mengurangi dampak negatif.

Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi di kancah persawitan Indonesia, perlu diperhatikan juga prospeknya di masa mendatang. Persawitan Indonesia telah terbukti memberikan benefits baik di dalam negeri maupun luar negeri. Diharapkan dalam persawitan ini selalu memunculkan invovasi baru agar dapat bertahan di segala medan. Saat ini dunia sedang dilanda pandemi COVID-19 yang menyebabkan guncangan terhadap berbagai aspek dan sektor dalam negeri. Berdasarkan beberapa sumber baik artikel maupun berita bahwa kegiatan operasional perkelapasawitan dan industrinya masih berjalan normal, karena kembali lagi pada sumbangsinya dimana produk turunannya masih dubutuhkan. Perbedaannya adalah pada pelaksanaan operasionalnya yang menyesuaikan dengan protokol baru agar terhindar dari COVID-19. 

Tercatat pada bulan Maret terjadi  sedikit penurunan produksi sebesar -0,9% dari bulan sebelumnya, total ekspor naik sebesar 3,3% di samping penurunan harga CPO dari 722 USD menjadi 636 USD per ton-CIF akan tetapi juga dibarengi dengan kenaikan nilai ekspor sebesar 0,6% atau 1,82 miliar USD. Hal ini diakibatkan oleh turunnya konsumsi minyak pangan dalam negeri antara 8,3%, konsumsi untuk biodisesel relatif tetap. Kondisi ini juga mengakibatkan kenaikan ekspor minyak sawit sebesar 83 ribu ton dengan tujuan Afrika, Tingkok dan Bangladesh mengalami mengalami kenaikan, diikuti India, Uni Eropa dan Timur Tengah dan penurunan pada Amerika Serikat dan Pakistan. Walaupun pandemi ini sanagat mengganggu khususnya pada sektor perekonomian, akan tetapi apabila dibiarkan lama dalam keterpurukan, tiap negara tidak akan sanggup. Maka negara harus bangkit dengan meningkatkan produkvitas serta efisiensi agar menjaga viabilitas industri.

Komoditas kelapa sawit memiliki prospek yang cerah hingga masa mendatang apabila dibarengi dengan strategi dan regulasi yang baik. Peran pemerintah juga sangatlah penting melihat berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terhadap sistem persawitan nasional hendaknya dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Ketegasan terhadap kebijakan yang telah dibuat dimana bertujuan dalam meminimalisir dampak negatif hendaknya selalu menjadi bahan evaluasi agar tidak terulang di masa yang akan datang. Banyak PR pemerintah yang harus dipenuhi sesuai dengan janji-janji yang disurakan. Di negeri Agraris ini hendaknya pertanian tetap menjadi prioritas utama dalam rangkaian pembangunan nasional. Maka diperlukan sinergi antara rakyat dan pemerintah untuk bersama-sama mewujudkannya. Begitu pun dengan komoditas kelapa sawit ini, apakah akan tetap menjadi primadona atau tergerus dengan perkembangan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun